GARANSI SAPI SEHAT CIPELANGFARM :

1. Sapi dilengkapi SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan)
2. Sapi diberikan KALUNG SEHAT tanda lulus uji kesehatan.
3. Sapi bisa dikembalikan/ditukar jika sampai ke-pembeli tidak dalam keadaan SEHAT.

Tampilkan postingan dengan label kambing kurban. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kambing kurban. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Agustus 2013

TIPS MEMILIH HEWAN QURBAN 2015 , DARI CIPELANG FARM PERTERNAKAN SAPI




kandang sapi Cipelang Farm
Sebentar lagi kita akan menghadapi bulan Dzulhijjah atau bulan haji, Di bulan ini pula tepatnya pada tanggal 10 Dzulhijjah dan Tasyrik 11,12 dan 13 Dzulhijjah umat islam juga akan melaksanakan ibadah penyembelihan Hewan Qurban. Penyembelihan Hewan Qurban ini tidak hanya bagi yang berangkat haji, bagi yang tidak berangkat pun dapat melaksanakan penyembelihan hewan qurban.

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah" (QS. Al Kautsar : 1-2)

"Dan bagi tiap-tiap ummat telah Kami syari'atkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu adalah Allah yang satu karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh" (QS. Al Hajj : 34)

Bagi anda yang berkesempatan untuk melaksanakan ibadah kurban pada tahun ini, bersyukurlah. Karena, tak semua orang punya kesempatan yang anda miliki ini. Namun, sebelum berkurban, terutama bagi anda yang baru akan berkurban pada tahun ini, anda harus memilih hewan kurban dengan teliti karena salah memilih hewan kurban, bisa-bisa niat anda untuk berkurban tidak sampai. mengingat banyaknya hewan ternak sekarang ini yang sudah banyak terjangkit penyakit seperti antraks, sapi gila, TBC dan cacing hati

Berikut ini Cipelang Farm berbagi Tips yang perlu Anda perhatikan dalam memilih hewan qurban:

1.       Hewan Qurban berkelamin JANTAN
Hewan yang dipilih hendaknya berjenis kelamin jantan. Selain merupakan anjuran dari Rasulullah SAW, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan jenis ternak tersebut.

2.       Hewan Qurban dalam kondisi SEHAT
Hewan ternak yang akan dikurbankan hendaknya dipilih yang sehat, cirinya antara lain : selaput lendir, mata, mulut, lidah, dan alat kelaminnya, untuk ternak yang sehat, bagian-bagian tubuh tersebut mengkilap. Sehat disini berarti tidak sedang sakit, biasanya, hewan yang sehat tidak terlihat lemas meski tak banyak bergerak. Matanya tidak merah juga berair. Buih pada mulut meski ada tapi tidak berlebihan. Selain itu pastikan hewan ternak yang akan dijadikan qurban diperiksa oleh ahlinya, dalam hal ini bisa Dinas Peternakan, ada baiknya juga membeli hewan yang memiliki sertifikasi dari dinas kesehatan.

3.       Hewan Qurban dalam kondisi TIDAK CACAT
Hewan ternak tidak berada dalam kondisi cacat sedikitpun. Cacat yang dimaksud disini adalah cacat secara fisik. Seperti bekas-bekas luka yang tidak semestinya. telinga terbelah, mata juling, kaki pincang, buah testis hanya satu dan sebagainya.

4.       Hewan Qurban dalam kondisi CUKUP USIA
Hewan yang dikurbankan usianya cukup hendaknya sudah pernah tanggal giginya. Hal ini menunjukkan kedewasaan hewan kurban. Tapi ada hal yang harus diperhatikan, tanggalnya gigi hewan haruslah alami. Proses tanggal yang tidak alami menyebabkan hewan berada dalam kondisi cacat, sehingga tidak layak untuk dikurbankan.

5.       Pada transaksi ada IJAB QOBUL
Dalam transaksi jual beli hewan qurban dipastikan harus ada syarat sahnya jual beli seperti ada barang, harga, penjual, pembeli + saksi artinya harus ada hewannya secara fisik. Dalam hal ini jual beli pun hukumnya sah, ada harga ada barang., hal ini disampaikan karena dikhawatirkan akan terjadi gharar/penipuan... "seperti membeli kucing dalam karung" contoh: beli harga kelas A diberikan hewan kelas B. Saran kami anda membeli hewan qurban dengan system Timbang Bobot Hidup, system ini lebih fair dari pada jogrog/mengira-ngira bobot hewan.

Jika kita ikhlas memberi, tentu pemberian yang diberikan haruslah yang terbaik. Begitupun dengan hewan kurban yang akan dipersembahkan pada Allah, haruslah yang terbaik. Demikian beberap Tips Memilih Hewan Qurban dari Cipelang Farm Peternakan Sapi, semoga ibadah Qurban kita mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Selamat Berqurban….

Cipelang Farm
Peternakan Sapi
Jl. Balai Embrio Ternak Deptan Desa Cipelang Sijeruk Bogor.

Hub : Heri (telp/sms)
0856-9233-41-43
0812-9357-45-67 

email : cipelangfarm@yahoo.com
FB : Peternakan Sapi Cipelang
http://cipelangfarm.blogspot.com

Senin, 03 Desember 2012

MENGENAL PAKAN SAPI QURBAN 3

Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
5.3. Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada
ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi
yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan
keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi
tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan
secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan
fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi
secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses
analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu
dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
 Sapi Qurban Cipelang Farm
5.4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
1) Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi,
kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa
silo yang sudah dikenal adalah:
a. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di
bangun di dalam tanah.
b. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk
huruf V.
c. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang
terbuat dari bambu atau kayu.
d. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke
atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
e. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
Sapi Qurban Cipelang Farm
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu
menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan
nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelang
beranak(melahirkan pada umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan
kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13
Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.
b. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram,
Mineral=5 kg.
 Sapi Qurban Cipelang Farm
c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6
gram, Mineral=42 gram.
Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikan
dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:
a. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8
gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9
gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6
gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering
sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK.
Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah:
sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% =
37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 19,04/26,3 X
1,48 kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 7,26/26,3 X
1,48 kg = 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg. 
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm

Jumat, 30 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 8

Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
 Perkembangan usaha peternakan tidak lepas dari penyediaan
pakan. dan penyajiannya. Pakan untuk ternak unggas tersedia dalam
kondisi kering udara baik dalam bentuk tepung (mass), pelet (pellet)
atau remah (crumbles) sehingga dapat disimpan dalam kemasan untuk
jangka yang relatif lama. Pakan ternak unggas siap saji sampai saat ini
dapat dikatakan telah mantap ditandai munculnya beberapa fabrikan.
Kualitas pakan dipengaruhi oleh kualitas bahan pakan, cara
pengolahan, pengepakan, dan kondisi lingkungan. Kualitas pakan siap
saji (complete feed) asal fabrikan untuk ternak unggas dan babi saat ini
telah terkontrol dengan baik karena adanya komisi pakan dari Dit Bina
Produksi Ditjen Jendral Peternakan Departemen Pertanian (sekarang
Dit. Bina produksi Peternakan). Menurut Dit. Bina Produksi, Ditjen
Peternakan DEPTAN (Anonimus, 1997), pakan boleh beredar dengan
persyaratan tertentu, sesuai dengan yang disyaratkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) tergantung pada periode pemeliharaannya. Persyaratan
yang telah ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional (DSN) antara
lain meliputi: persyaratan mutu (kandungan protein minimal,
kandungan serat kasar dan aflatoxin maksimal), bahan baku (bebas
dari residu yang membahyakan seperti pestisida), dan bahan tambahan
(antibiotika dan pemacu pertumbuhan/growth promoter) dengan tujuan
agar konsumen terhindar dari barang yang tidak berkualitas termasuk
aman dalam mengkonsumsi produk peternakan Namun demikian
ternyata pakan komersial hasil fabrikan belum mencantumkan batas
maksimal kandungan residu pestisida, antibiotik dan pemacu
pertumbuhan. 
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Pakan konsentrat untuk ternak ruminasia belum semantap untuk
ternak non ruminansia. Sebagai contoh untuk sapi perah baru ada satu
produk.dengan ketentuan 2 kg pakan konsentrat untuk 1 liter produksi
24
susu. Hal ini jelas mengandung kelemahan, pada sapi yang berproduksi
tinggi kebutuhan nutrien tidak akan dapat dipenuhi dengan jalan
menaikkan jumlah pemberian pakan. Di beberapa daerah ditemukan
kasus adanya ketakutan peternak yang memiliki sapi perah berproduksi
tinggi (di atas 25 liter) karena timbulnya beberapa penyakit
metabolisme seperti demam susu (milk fever) dan ketosis yang sering
mengakibatkan kematian apabila tidak segera dilakukan pertolongan
atau penurunan prestasi kedepannya (produksi berikutnya) apabila
ternak tersebut dapat disembuhkan (Sutarno dan Adiarto, 2002). Untuk
mengatasi keadaan ini Dit.Bina Produksi Peternakan sebaiknya
membuat ketentuan ada 3 macam pakan konsentrat untuk sapi perah
yang kandungan nutriennya (protein dan energi) disesuaikan dengan
produksi yakni produksi rendah (di bawah 15 liter), sedang (15-25
liter), dan tinggi (di atas 25 liter). Surat Keputusan Menteri Pertanian
No 242/Kpts/0T.210/4/2003 (Saragih 2003) menyatakan konsentrat
sapi perah dibagi menjadi dua yakni konsentrat untuk produksi rendah
(PK16-18%, TDN 70-75%) dan untuk sapi perah produksi tinggi
(PK18-20%, TDN 75-80%) walaupun demikian belum merinci untuk
produksi berapa.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Penurunan produksi atau gangguan penyakit metabolisme dapat
terjadi akibat kesalahan perhitungan pemberian pakan yang disebabkan
over estimate kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum. Over
estimate kandungan nutrien dapat terjadi oleh kerancuan kualitas
bahan pakan karena ulah beberapa oknum yang memikirkan kepentingan
diri sendiri untuk mendapatkan keuntungan sesaat yang besar.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Kerancuan kualitas ini terjadi pada beberapa bahan pakan misalnya
bekatul dan dedak halus dengan kandungan serat kasar yang sangat
variatif bahkan ada yang mencapai di atas 20%. Kejadian serupa
terjadi pada tepung ikan, bungkil kacang, dan bahan pakan lainnya.
Melihat kenyataan ini sudah waktunya Direktorat Bina Produksi
Peternakan DEPTAN lewat komisi pakan membuat ketentuan tentang
kualitas bahan pakan yang boleh beredar di pasaran. Dengan demikian
para peternak akan terlindungi dari manipulasi kualitas bahan pakan
sehingga pada gilirannya akan diperoleh produksi yang tinggi dan
diperoleh produk asal ternak yang berkualitas dan aman untuk
dikonsumsi manusia.
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Pakan buatan pabrik (komersial) yang beredar di pasaran untuk
ternak unggas dapat berupa pakan siap saji (complete feed) atau pakan
konsentrat. Pada pakan konsentrat protein masih harus ditambahkan
bahan pakan lain sumber energi (jagung dan dedak halus misalnya)
agar diperoleh ransum yang serasi. Pakan untuk ternak ruminansia
pada umumnya berupa konsentrat yang diberikan ternak disamping
pakan basalnya. Pakan basal diberikan dalam keadaan segar atau
kering, sedangkan konsentrat diberikan dalam keadaan kering atau
dicampur air.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Disamping itu dikenal pakan dalam bentuk pakan komplit atau
pakan siap saji yang merupakan pakan yang cukup mengandung
nutrien untuk hewan tertentu dalam tingkat fisiologi tertentu. Pakan
siap saji dibuat untuk diberikan sebagai satu-satunya pakan yang
mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa
tambahan substansi lain kecuali air (Hartadi et al., 1980), semua bahan
pakan dicampur baik hijauan maupun konsentrat dalam satu bentuk
pakan (Ensminger dan Olentine, 1978).
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Pakan siap saji untuk ruminansia merupakan campuran antara
bahan pakan konsentrat dan hijauan. Pemberian pakan dalam bentuk
pakan siap saji harus memperhatikan kehidupan mikroba rumen.
karena pencerna serat kasar ini hidup baik pada kondisi derajad
keasaman netral, sehingga turunnya pH dalam rumen pada pemberian
pakan siap saji harus dihindari agar tidak terjadi penurunan kecernaan
serat kasar. Menurut Utomo dan Sejono (1990) pemberian konsentrat
dan hijauan (rumput) dengan jalan dicampur (diidentikkan complete
feed) memberikan KBH yang berbeda tidak nyata dengan yang
pemberian konsentrat dengan hijauan dipisah ( 0,62 vs 0,71 kg).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Pemberian pakan berupa pelet jerami padi dan daun ketela pohon
(75% : 25%) pada kambing dengan berat 17-28 kg menghasilkan KBH
50 gram per ekor per hari (Doyle et al., 1986). Pembuatan pakan
komplit (kandungan protein 14,50% dan TDN 60%) berbahan dasar
jerami padi fermentasi untuk penggemukan domba dapat menghasilkan
KBH 0,120 kg, sedangkan yang diberi pakan basal rumput gajah
menghasilkan KBH 0,110 kg, dengan konversi pakan masing-masing
7,73 dan 7,59 (Utomo, 2001). Akan tetapi pembuatan pakan siap saji
(pakan komplit) pada ternak ruminasia masih terbentur pada beaya
pengolahan bahan pakan basalnya (rumput dan atau jerami) yakni
26
untuk preparasinya (pencacahan, penggilingan, pencampuran,
pencetakan dan pengeringan). 
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 7

Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Aplikasi perlakuan biologi telah dilakukan antara lain penggunaan
kotoran ternak (ayam atau sapi) pada jerami padi segar dengan
perbandingan 20 : 80% pada kadar air 60%, diperam selama 14 hari,
dapat menaikkan kandungan protein jerami padi dari 3,25 % menjadi
5,34%, tetapi menurunkan kandungan bahan organiknya (Sumadi,
1986), menaikkan kecernaan in vitro bahan organik dari 35,99%
menjadi 37,19% (Nursalim, 1986).
Dewasa ini telah berkembang beberapa produk komersial untuk
perlakuan biologi jerami padi menggunakan probiotik atara lain
Starbio (Suharto, 1990), biological feed additive BMF biofad (Budi
mixed farming, 1990), starter BNA.I dan BNO.I (Lab. Bio Nutrisi,
Fakultas Peternakan UGM, 1999). Kesemuanya berorientasi pada
mikroba termopilik penghasil lignoselulase yang mampu membantu
mencerna selulosa di luar tubuh (sebelum jerami padi dimakan ternak).
Tanpa bermaksud mempromosikan produk-produk tersebut berikut ini
catatan tentang probiotik atau biological feed additive. Probiotik
merupakan koloni bakteri alami yang terdiri dari bakteri selulolitik,
lignolitik, proteolitik, lipolitik, dan bakteri fiksasi nitrogen non
simbiotik (Suharto, 1990), sedangkan BMFbiofad merupakan starter
mikroba yang berasal dari mikroba rumen dan kolon sapi diperkaya
mikroba innerrhizophere akar tanaman graminae yang kaya mikroba
lignolitik, mikroba fiksasi nitrogen non simbiotik, serta mengandung
mikroba aerob dan fakultatif anaerob yang mesopilik dan termopilik
(Budi Mixed Farming, 1990).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Hasil penelitian fermentasi jerami padi segar menggunakan
probiotik biofad (1 kg probiotik biofad + 4 kg urea per ton) diperam
selama 21 hari terajadi kenaikan protein kasar jerami padi dari 4,40%
menjadi 7,14%, sedangkan degradasi teori (DT) bahan kering naik dari
45,63% menjadi 46,85% dan DT bahan organiknya dari 36,39%
menjadi 41,61% (Jauhari et al., 1998), perlakuan probiotik Starbio (6
kg urea + 6 kg probiotik per ton jerami padi) menaikkan DT bahan
kering dari 39,97% menjadi 45,41% (Agus et al., 1998). Penggunakan
probiotik Starbio (1kg starbio + 4 kg urea per ton jerami padi segar
kadar air (± 60%) menaikkan protein kasar dari 4,74 menjadi 7,72%,
DT bahan kering secara in sacco dari 64,93 menjadi 68,50%, DT
bahan organik dari 64,17% menjadi 71,71% (Jauhari, 1999).
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun merupakan dambaan
setiap peternak baik bersekala besar maupun yang besekala kecil.
Ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun hanya dapat terlaksana
apabila tanaman hijauan ditanam pada daerah irigasi atau menyisihkan
sebagian produksi hijauan pada musim hujan kemudian dikonservasi
(diawetkan) untuk digunakan pada musim kemarau. Namun demikian
konservasi ini tidak dapat dilaksanakan karena hijauan yang akan
dikonservasi tidak ada lantaran produksinya juga terbatas. Konservasi
hijauan pakan yang telah dikenal dengan baik adalah pengeringan
sehingga dihasilkan disebut hijauan kering (hay). Hasil pengeringan ini
berkorelasi positif dengan cuaca, pada cuaca baik akan dihasilkan hay
yang baik, tetapi pada cuaca jelek akan dihasilkan hay yang jelek,
semakin jelek cuaca akan dihasilkan hay yang berkualitas jelek.
Kandungan nutrien dalam hay yang berkualitas jelek sudah sangat
turun terutama karbohidrat non struktural dan pro vitamin A. Pada
konservasi yang baik sedikit terjadi penurunan kualitas hijauan pakan.
Penurunan yang rendah terjadi pada konservasi cara segar yaitu
pembuatan silage. Namun demikian ternyata sebaik-baiknya proses
silase akan terjadi penurunan kualitas hijauan pakan paling tidak 3%
(Utomo, 1999b). 
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Konservasi hijauan pakan dilakukan untuk menanggulangi
kekurangan pakan basal ruminansia pada waktu tertentu. Penanggulangan
kekurangan pakan dapat dilakukan dengan cara mendirikan
lumbung pakan.di beberapa lokasi. Lumbung pakan dapat berupa
tanaman tahan kering (legume pohon) atau bangunan tempat
menyimpan hijauan kering atau jerami kering. Daun legume pohon
dapat digunakan saat kekurangan rumput atau sebagai pakan suplemen
saat kualitas pakan yang diberikan jelek (jerami padi kering).
Berhasilnya fermentasi jerami segar menggunakan probiotik
memberikan harapan penanganan jerami padi pasca panen raya yang
terbuang karena tidak dapat dikeringkan atau petani tidak sempat
menangani karena dikejar waktu tanam. Sungguh suatu hal yang
sangat ironis pada akhir bulan Maret yang lalu di Gunungkidul masih
dijumpai pembakaran jerami, padahal 4 bulan kemudian bertruk-truk
jerami akan didatangkan dari luar Gunungkidul. Menurut Soekarno
(1996) pakan yang didatangkan dapat mencapai sekitar 100 truk per
hari. Dengan adanya gerakan lumbung pakan ini semoga pembakaran
22
dan penelantaran jerami padi pada saat saat panen raya tidak ada lagi,
sehingga jerami yang didatangkan dari luar Gunungkidul menjadi
berkurang. 
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Saat ini tengah dirintis gerakan lumbung pakan, sebagai percontohan
telah dilakukan di Pule Ireng, Sidorejo, Tepus Gunungkidul,
yakni suatu lumbung pakan yang berbasis jerami padi (Agus, et al.,
2002a). Salah satu kelemahan penyimpanan jerami padi adalah daya
tampungnya rendah, karena sifatnya yang memakan tempat atau
voluminous (rowa, jawa). Daya tampung lumbung akan naik bila
sebelum disimpan dilakukan pengepresan lebih dulu baik pada jerami
padi yang difermentasi ataupun tidak (Agus et al., 2002b) Oleh karena
cara pengo-perasian mesin pres yang telah dibuat dipandang masih
belum praktis, saat ini masih terus dilakukan penyempurnaan agar
diperoleh mesin pres jerami padi yang mudah dipindah-pindahkan dan
mudah dioperasikan secara manual. Pengepresan jerami dipandang
perlu karena disamping menaikan daya tampung lumbung juga
menaikkan daya simpannya.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Keberadaan ternak selalu dikonotasikan dengan kondisi yang
kumuh, dan bau yang tidak sedap. Hal ini disebabkan oleh banyak
terdapat lalat, polusi udara berupa gas ammonia dan metan, sehingga
merupakan problema yang serius di daerah padat penduduk dan daerah
pariwisata Tidak heran kalau kemudian beberapa peternakan digusur
dan diusir, walaupun sebenarnya keberadaan disitu jauh lebih dulu
daripada pemukiman penduduk. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan
penanganan khusus agar lingkungan peternakan tidak banyak lalat,
tidak berbau atau berkurang baunya
.Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Zeolit adalah hasil penambangan batuan, berupa garam alumina
silikat kompleks tiga demensi yang porous dan bermuatan negatif
(Dyer cited. Sutardi, 1990), yang mempunyai kemampuan mengikat
kation NH4 (Sutardi, 1990). Zeolit yang banyak digunakan dalam
bidang peternakan adalah clinoptilolite (Soejono dan Santosa, 1990).
Penggunaan zeolit (clinoptilolite) baik dicampurkan dalam pakan atau
ditaburkan dalam feses di kandang dapat membantu mengurangi polusi
kimia dan bilogi serta mengurangi kadar air feses (Wihandoyo, 2000).
Usaha lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi bau adalah
pemanfaatan kotoran untuk pupuk/kompos masih secara tradisional
perlu ditingkatkan dengan teknologi pembuatan kompos yang baik
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 6

Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013
Perlakuan kimia menggunakan alkali yang paling efektif menaikkan
kecernaan fibrous material adalah NaOH, tetapi tidak diikuti
kenaikan nutrien. Perlakuan NH3 pada jerami padi dapat menaikkan: a.
kandungan nitrogen, b. fermentasi rumen, c. konsumsi bahan kering, d.
kecernaan dan kecepatan pencernaan dinding sel dan bahan organik
(Utomo et al., 1988). Amonia yang diberikan pada roughages dapat
berfungsi: 1. Sebagai pengawet, 2. Penambah kandungan N, karena
sebagian N dari NH3 ada yang terfiksasi jaringan bahan pakan. 3.
Menaikkan kecernaan karena berperan juga mengembangkan jaringan
dan melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga memudahkan
penetrasi enzim selulase. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
pengolahan fibrous material menggunakan NH3 adalah: a. dosis, b.
temperatur, c. tekanan, d. lama peram, e. kadar air bahan, f. jenis dan
kualitas jerami.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 

Dosis amonia antara 2-5% dari berat BK jerami, kurang dari 2%
belum berefek pada kecernaan, dosis lebih dari 5% tidak ada kenaikan
yang berarti. Temperatur yang optimum 20-100o C, proses amoniasi
akan berlangsung lambat pada temperatur < 0o C. Lama peram
(duration) tergantung temperatur dan macam jerami yang diperlakuan,
biasanya lama peram antara 1-8 minggu, disamping itu kadar air juga
penting karena air adalah media yang baik untuk reaksi kimia. Kadar
air yang baik untuk amoniasi antara 40-60% rata-rata 50% atau
penambahan air pada jerami kering 1:1 (Sundstol et al., 1978). Hasil
amoniasi tergantung jenis atau varietas jerami padi (misalnya IR64,
Cisadane, dll), kualitas awal jerami padi yang dipengaruhi oleh bagian
tanaman dan tingkat kekotoran yang disebabkan oleh lumpur misalnya.
Ada beberapa sumber NH3 antara lain: a. NH3 gas, b. NH3 cair,
dan c. Urea. Perlakuan jerami menggunakan NH3 gas membutuhkan
peralatan antara lain tangki gas dan penutup (cover) kedap udara.
Penggunaan NH3 cair peralatannya lebih sederhana. karena dapat
dituangkan pada tumpukan jerami baik yang sudah yang sudah di pres
ataupun belum, penyiraman sebaiknya dilakukan per lapis.
Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013
Urea atau karbamida adalah sumber N yang mudah diperoleh
mengandung 46% N (Bo Gohl, 1975), hidrolisis sempurna 1 kg urea
menghasilkan 0,57 kg NH3, sehingga 6 kg urea menghasilkan 3-4 kg
NH3 yang dapat digunakan mengamoniasi 100 kg jerami padi kering
(Anonimus, 1983), penggunaan urea minimum 4% dari berat BK
jerami padi, diperam paling tidak 1 minggu, pada kadar air 50%
(Utomo et al., 1988). Penguraian atau hidrolisis urea menjadi amonia
membutuhkan air dan urease. Penguraian urea pada amoniasi urea
jerami padi terjadi tanpa pemberian urease karena perkembangnya
bakteri penghasil urease.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 

Penggunaan jerami padi yang ditambah urea 1%, tetes 8%, dan
diperam 14 hari, disuplementasi 10 kg rumput setaria segar, 3 kg dedak
halus dan 0,5 kg tepung daun pada sapi PFH jantan dengan berat awal
sekitar 300 kg dapat meghasilkan KBH 0,84 kg dengan konversi pakan
13,12, sedangkan bila jerami padinya tidak diperam hanya
menghasilkan KBH 0,68 kg dengan konversi pakan 15,81 (Soemitro et
al., 1988).
Amoniasi urea jerami padi dapat meniadakan penggunaan tepung
daun lamtoro atau urea sebagai suplemen pada pemberian jerami padi
dan dedak halus. Penggunaan jerami padi amoniasi urea (JPAU) pada
sapi PO sebanyak 6% dari berat BK jerami, diperam selama 14-28 hari
versus jerami padi (JP) yang diberikan secara ad libitum adalah
sebagai berikut: 1). JP + (2 kg dedak halus (DH) + 0,9 kg tepung daun
lamtoro) menghasilkan KBH 0,55 kg, 2). JP + (2,9 kg DH + 0,033 kg
urea) menghasilkan KBH 0,40 kg, 3). JPAU + 2,8 kg DH
menghasilkan KBH 0,71 kg (Utomo, 1986). Penggunaan JPAU
sebagai pakan basal pada ternak perah PFH yang disuplementasi
konsentrat komersial sebanyak 1,5 kg per 2 l produksi susu, ditambah
vitamin A komersial, dan rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
sebagai pakan basal menghasilkan susu berturut-turut (9,72 vs 9,67,dan
9,49 liter/ekor/hari), dengan kualitas susu meliputi: BJ berturut-turut
(1,0277, 1,0278, dan 1,0275), kadar lemak (3,48%, 3,40%, dan
3,55%), serta Solid non fat (SNF) (7,97%, 8,10%, dan 8,00%).
Penggunaan JPAU sebagai pakan basal pada domba jantan peranakan
ekor gemuk sebagai pengganti rumput gajah, yang diberi konsentrat
400 gram per ekor per hari menghasilkan KBH 0,14 vs 0,11 kg,
dengan konversi ransum 7,25 vs 7,35 (Utomo et al., 1998).
Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013
Penggunaan JPAU sebagai pakan basal sapi PO disuplementasi
polard, dedak halus, dan onggok berturut-turut menghasilkan KBH
0,63 kg, 0,60 kg, dan 0,49 kg dengan konversi 9,22, 9,80, dan 10,88
(Soejono, 1996). Walaupun hasil penelitian telah banyak dan petani
telah merasakan manfaat pradigesti dengan amoniasi urea, tetapi
kebanyakan dari mereka enggan melaksanakannya. Mereka kebanyakan
merupakan petani subsisten yang kesediaan pada perubahan
sangat kecil, mereka cenderung mempertahankan dan menyelamatkan
apa yang masih ada daripada mengatasi kesulitan ekonomi dengan
ekonomi (Harahab, 1988). Penggunaan urea untuk amoniasi semakin
ditinggalkan sejak harga urea mahal karena subsidi dicabut. 
Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013
Perlakuan biologi. Perlakuan biologi bertujuan mengubah struktur
fisik jerami padi oleh enzim delignifikasi dan menaikkan
kandungan protein dengan mikroorganisme. Perlakuan biologi pada
dasarnya adalah pengkomposan terbatas (Utomo, 1999b), merupakan
penyimpanan sekaligus pradigesti untuk meningkatkan kualitas yang
dapat dilakukan dengan jalan pengomposan, pembuatan silage,
penumbuhan jamur atau penambahan enzim (Soejono et al., 1988).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Jamur merupakan salah satu pilihan karena: 1. terdapat secara bebas di
alam pada sisa-sisa pertanian, kotoran ternak, dan sampah, 2. sebagian
besar jamur punya enzim selulolitik sehingga mampu memecah sisasisa
tanaman sebagai sumber tenaganya, 3. dapat hidup dalam suasana
aerob dan dapat berkembang sendiri serta tidak menimbulkan bau yang
merangsang seperti pada proses anaerob, 4. dapat digunakan sebagai
sumber protein (Budhi dan Gutte, 1984). Selama pengomposan terjadi
dekomposisi bahan organik melalui proses biokimia yang melibatkan
mikroorganisme (Doyle et al., 1986; Soejono et al., 1988). Pada awal
pengomposan akan terjadi kenaikan temperatur, mikroorganisme
memperbanyak diri. Akhirnya degradasi berlangsung lambat sampai
titik keseimbangan tercapai. Selama proses fermentasi aerobik
persentase protein, abu dan lignin akan naik. Kecepatan degradasi
material tergantung beberapa faktor antara lain: kadar air, O2, pH,
ketersediaan nutrien, dan prevalensi tipe mikro-organisme. Jerami padi
sering dikomposkan menggunakan jamur atau feses sebagai inokulum,
sekaligus sebagai penambah air dan nutrien (Doyle et al., 1986).
Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013

Kamis, 29 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 5

Republished by Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Penggunaan jerami padi tanpa perlakuan (untreated) sebagai
pakan basal telah banyak dilakukan. Sapi Peranakan Ongole (PO) yang
diberi pakan jerami tanpa suplemen tidak mengalami kenaikan berat
badan. Hal ini disebabkan jerami padi lambat tercerna sehingga dalam
saluran pencernaan dibutuhkan waktu sekitar 81,67 jam, dalam rumen
sekitar 62,09 jam, dan pergantian partikel dalam rumen sekitar 1,62%
per jam. Sebagai pembanding dedak halus berada dalam saluran
pencernaan hanya sekitar 67,50 jam, dalam rumen sekitar 39,93 jam
dan pergantian partikel dalam rumen sekitar 2,66% per jam (Utomo, et
al., 1999). Suplementasi sebanyak 25 g per kg berat badan metabolik
(BBM) berupa dedak halus, campuran dedak halus dengan tepung
daun lamtoro (1:1) mempersingkat keberadaan jerami padi dalam
saluran pencernaan daripada tanpa suplementasi dari 84,37 menjadi
78,07 dan 75,43 jam), dalam rumen dari 60,88 menjadi 45,55 dan
47,04 jam), dan menaikkan laju pergantian partikel dalam rumen dari
1,67 menjadi 2,22 dan 2,11 %/jam (Utomo et al., 1999; Utomo, 2001).
Sapi PO yang diberi ransum berupa jerami padi, dedak halus, onggok,
dan urea dapat menghasilkan kenaikan berat badan harian (KBH) 0,65
kg, berupa jerami padi, dedak halus dan daun lamtoro dapat
menghasilkan KBH 0,50 kg (Suhartanto, 1982), 0,55 kg (Budhi et al.,
1981), yang disuplementasi dedak halus dan urea menghasilkan KBH
0,40 kg, disuplementasi dedak halus dan tepung daun lamtoro
menghasilkan KBH 0,55 kg (Utomo, 1986).
Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Sapi PO jantan yang diberi pakan jerami padi disuplementasi
dedak gandum (wheat pollard) dan tepung daun lamtoro menghasilkan
KBH 0,59 kg, disuplementasi dedak halus dan tepung daun lamtoro
menghasilkan KBH 0,59 kg, sedangkan yang disuplemetasi onggok
dan tepung daun lamtoro menghasilkan KBH 0,47 kg, dengan konversi
pakan berturut-turut 10,22, 10,51 dan 11,78 (Soejono, 1996). Sapi PO
jantan muda yang diberi pakan basal jerami padi secara ad libitum
disuplementasi dedak halus sebanyak 25 gram per kg BBM
menghasilkan KBH 0,19 kg, sedangkan yang disuplementasi campuran
dedak halus dan tepung daun lamtoro (75:25) sebanyak 25 gram per kg
berat badan metabolik (BBM) menghasilkan KBH sebesar 0,22 kg
(Utomo dan Soejono 1996). Pemberian jerami padi secara ad libitum
disuplementasi campuran dedak halus dan tepung daun lamtoro
(50:50) sebanyak 25 gram per kg BBM menghasilkan KBH 0,15 kg
15
(Utomo, 2001). Sapi dewasa jantan yang diberi pakan basal jerami
padi ad libitum disuplementasi konsentrat komersial sebanyak 30 gram
per kg BBM menghasilkan KBH 0,23 kg dengan konversi pakan
42,13, sedangkan yang disuplementasi konsentrat yang mengandung
protein by pass KBH mencapai 0,41 kg, dengan konversi pakan 13,27
(Utomo et al., 1999). 
Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Menurut Adiarto et al. (2002) suplementasi konsentrat milk
inducer (25% protein, TDN 70%) sebanyak 15% dari konsentrat pada
sapi perah peranakan Friesian Holstein (PFH) yang diberi konsentrat
yang mengandung protein 12,77%, dan TDN 55,34% dengan pakan
basal rumput Gajah menaikkan produksi susu pada puncak produksi
(27,6 vs 22,5 liter/hari), rata-rata produksi selama 115 hari setelah
beranak (22,4 vs 16,6 liter/hari).
Untuk meningkatkan potensi jerami padi sebagai pakan, perlu
upaya peningkatan biodegradasinya, yang caranya dapat diklasifikasi
menjadi: a. Perlakuan fisik: direndam, digiling, direbus, dan dikukus,
b. Perlakuan kimia: NaOH, NH3 gas, NH3 cair, NH3 urea, c. Perlakuan
fisik-kimia: kombinasi perlakuan fisik dan kimia, dan d. Perlakuan
biologi: menggunakan enzim atau jasad renik (Doyle, 1982).
Perlakuan fisik. Perlakuan fisik bertujuan mengurangi ukuran
partikel atau mengembangkan sel. Perlakuan fisik pakan berserat
antara lain dilakukan dengan jalan: a. Dicincang, hasil cincangan
(chopped) berukuran antara 2,5-5 cm, masih tergolong besar sehingga
pencincangan belum berpengaruh terhadap kecernaan. Kerbau yang
diberi pakan konsentrat 0,5% dari berat badan mampu mengkonsumsi
jerami padi yang telah dicincang lebih banyak daripada jerami utuh (67
vs 63 g/kg BBM) (Castillo et al., 1982 cited. Soejono et al., 1988),
tetapi tidak terjadi kenaikan kecernaannya (46 vs 41%) pada ternak
domba (Devendra, 1983 cited Soejono et al., 1988), b. Digiling,
ukuran hasil penggilingan tergantung saringan (screen) yang dipasang.
Ada tiga hasil penggilingan yaitu kasar, medium dan halus.
Penggilingan roughages menyebabkan: 1. tingkat kepadatan naik, 2.
luas permukaan pakan bertambah, 3. laju pakan dalam rumen naik, 4.
mengurangi waktu untuk ruminasi, 5. konsumsi naik, 6. kecernaan
turun.
Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Pengurangan ukuran partikel bahan pakan berserat: 1. mempercepat
gerak laju (rate of passage) pakan dalam rumen, sehingga
konsumsi naik, 2. menurunkan kecernaan, 3. menurunkan heat increment,
4. menurunkan kadar lemak susu (Utomo dan Soejono, 1987).
Hay utuh akan berada dalam rumen sekitar 54 jam, setelah digiling
halus hanya 27 jam, kecernaan serat turun dari 44% menjadi 22% (Van
Soest, 1994). Hungate (1966) menggambarkan pakan dalam waktu 24
jam dapat tercerna 71%, sedangkan dalam waktu 12 jam hanya
tercerna 56,5%. Akan tetapi, akibat digiling konsumsi pakan naik
100% sehingga pakan yang tercerna menjadi 56,5% x 2 = 113%.
Perlakuan kimia. Perlakuan kimia bertujuan untuk: 1. merenggangkan
ikatan antara selulosa dengan lignin dan terjadi pembengkakan
(swelling) sel sehingga kecernaan naik, 2. menaikkan nutrien
berupa kandungan protein kasar, dan 3. menaikkan konsumsi.
Beberapa proses perlakuan kimia dapat melarutkan lignin, ada juga
yang dalam kondisi tertentu (asam, pH di bawah 4, atau alkali pH di
atas 8) meningkatkan kelarutan selulosa. Khemikalia dapat dikatagorikan
menjadi 3 yaitu: khemikalia bersifat alkalis, asam, dan oksidatif.
Perlakuan alkali dapat melemahkan ikatan lignoselulosa dan mengurangi
kandungan lignin dinding sel, perlakuan asam akan menghidrolisis
selulosa sehingga terlepas gula, juga lignin yang bersifat acid
labile, sedangkan perlakuan oksidatif dimaksudkan mengurangi
kandungan lignin dan memecah lignin dan karbohidrat. (Soejono et al.,
1988).
Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Perlakuan kimia ini pertama kali tahun 1895, tetapi baru tahun
1921 Beckmann mempratekkan penggunaan NaOH. Perlakuan kimia
yang paling efektif adalah NaOH karena merupakan alkali kuat.
Perlakuan NaOH dapat menaikkan kecernaan 100%, dari 30-40%
menjadi 70-80%, karena terjadi: 1. Pembengkakan (swelling) lignoselulosa,
2. Lignoselulosa terpecah, ikatan silang sobek, 3. Pemi-sahan
silika, dan 4. Sedikit penurunan lignin. Akan tetapi juga ada kerugiannya
karena: dapat membahayakan pekerja, mengakibatkan polusi
Na+ bagi lahan pertanian, dan tidak terjadi kenaikan nutrien.
Sapi dara PFH yang diberi pakan basal jerami padi perlakuan
NaOH 2% berat bahan kering (BK) secara ad libitum, disuplementasi
dedak halus, tepung daun lamtoro, garam dapur, dan mineral menghasilkan
KBH 0,70 kg dengan konversi pakan 9,82 (Prihadi et al., 1984.
17
Sapi Peranakan Ongole (PO) jantan yang diberi pakan basal jerami
padi perlakuan NaOH (2% berat BK) secara ad libitum, disuplementasi
dedak halus 1,72 kg dan tepung daun lamtoro 0,80 kg per ekor per
hari, memberikan KBH 0,58 kg dengan konversi pakan 10,08 (Budhi
et al., 1981). 
Republished by Sapi qurban  kurban Cipelang farm

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 4

Republised by Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Berdasarkan produksi yang dihasilkan sorghum dapat dibedakan
menjadi: 1). Pengghasil biji, 2. Penghasil hijauan (fodder), dan 3).
Penghasil keduanya yakni biji dan hijauan (stover) disebut dualpurpose
(Reddy et al., 1996). Berdasarkan penggunaan sorghum,
secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga yakni untuk: 1).
Pangan, 2). Pakan, dan 3. Bahan industri (Gunawan dan Zaenudin,
1996). Sebagai pakan, biji sorghum bersifat suplementasi atau substitusi
terhadap jagung. Hal ini disebabkan meskipun nilai nutriennya
sepadan dengan jagung, tetapi karena sorghum mengandung tanin
sehingga penggunaannya menjadi terbatas (Sumarsono dan Karsono,
1996), antara 25-100% tergantung varietas (Gunawan dan Zaenudin,
1996). Substitusi penggunaan jagung dalam pakan sampai 100% pada
ayam petelur dan pedaging tidak berefek negatif pada produksi telur
dan berat badannya asal menggunakan sorghum putih atau sorghum
kuning karena tidak mengandung tanin (Reddy et al., 1996).
Republised by Cipelag Farm Sapi Qurban 2013 
Penggunaan sorghum sebagai pengganti jagung menguntungkan
karena kadar aflatoksin sorghum (20-30 ppb) lebih rendah daripada
jagung (60–80 ppb) (Gunawan dan Zaenudin, 1996). Meskipun
demikian penggunaan sorghum putih sebagai pengganti jagung ada
segi negatifnya yakni akan dihasilkan warna kuning telur yang pucat,
oleh karenanya dibutuhkan suplementasi bahan pakan lain misalnya
tepung daun lamtoro agar dihasilkan kuning telur yang berwarna
kuning cerah (Susana et al. cited Tangendjaja dan Wina, 1996).
Sorghum merupakan tanaman biji-bijian (cereal) utama dunia
sejajar dengan padi, gandum, terigu, dan jagung. Negara penanam
sorghum terluas di dunia adalah Negara yang beriklim kering (semi
arid) dengan curah hujan 1.000 mm atau kurang. Di negara miskin
sorghum ditanam untuk bahan makanan, sedangkan di Negara yang
persediaan pangan melimpah sorghum dijadikan bahan pakan
(Soemarno dan Karsono, 1996). Penggunaan tanaman sorghum sebagai
sumber hijauan pakan sangat ideal karena dapat dipotong berulang.
Akan tetapi hijauan sorghum mengandung anti kualitas berupa lignin
dan durin yang meru-pakan senyawa glukosida yang mengandung
HCN (Makfoeld, 1983).
Republised by Cipelag Farm Sapi Qurban 2013 
Pada tanaman sorghum dual purpose selain produksi biji, tinggi
tanaman, jumlah daun, ukuran daun, dan ratio batang dengan daun
sebaiknya digunakan sebagai kriteria seleksi hasil sisa panen (stover),
demikian juga kandungan proteinnya karena menaikkan nilai nutrisi
stover, sementara kandungan tanin berasosiasi negative dengan
kecernaan (Lodhi cited. Reddy, et al., 1996).
Pertemuan The Indo-dutch Project yang diadakan di New Delhi
21 November 1994 yang bertopik Bio Konversi meliputi beberapa
hasil sisa tanaman menunjukkan bahwa bahan organik, protein kasar,
dinding sel, kecernaan serat, dan lignin mempengaruhi nilai hasil sisa
tanaman sebagai pakan. Dalam pertemuan tersebut disimpulkan bahwa
ahli pemuliaan tanaman (plant breeder) seharusnya mempertimbangkan
kriteria seleksi untuk menghasilkan sisa tanaman yang
tinggi pada total bahan kering (dry matter), tinggi rasio daun dengan
batangnya, tetap hijau (staygreen), tinggi kandungan karotennya,
berbatang manis, berbatang kecil dan jarak antar buku (internodes)
panjang, punya kemampuan bertunas (tillering ability), serta tahan
terhadap penyakit daun dan batang berlubang (Reddy et al., 1996).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Produktivitas ternak ruminansia di daerah tropik rendah diduga
karena ada efek langsung dari iklim panas terhadap ternak yang
menyebabkan konsumsi pakan rendah sehingga produktivitasnya
rendah. Alasan lain adalah nilai nutrien (nutritive value) pakan yang
rendah karena hijauannya kebanyakan sudah tua (Tamminga, 1986),
sehingga tidak cukup memenuhi kebutuhan ternak yang berproduksi.
Oleh karena itu penggunaan rumput apalagi jerami padi sebagai pakan
perlu disertai pemberian pakan konsentrat. Imbangan antara hijauan
dengan konsentrat sangat bervariasi tergantung ternak dan produksi
ternak yang diharapkan, sebagai penghasil daging atau susu. Konsentrat
dapat diartikan sebagai bahan pakan berkadar serat kasar rendah
yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan
keserasian nutrien dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk
disatukan dan dicampur sebagai pakan lengkap. 
Republised by Cipelag Farm Sapi Qurban 2013 
Jumlah penggunaan jerami padi sebagai pakan alternatif pengganti
hijauan tergantung beberapa hal antara lain: a. Palatabilitas yang
berhubungan dengan macam varietas, b. Bentuk fisik atau ujud: jerami
utuh, dicincang (chopped), digiling atau dibuat pelet, c. Macam
perlakuan yang dilakukan meliputi tipe dan levelnya baik secara kimia
maupun biologi, d. Suplementasi yang diberikan berupa energi atau
protein atau kedua-duanya, e. Imbangan mineral baik makro maupun
mikro dan suplementasinya, f. Laju kecernaan berhubungan erat
dengan kualitas jerami atau ukuran partikelnya.(Devendra, 1982).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Efektivitas penggunaan jerami tanpa perlakuan (untreated) untuk
pakan tergantung pada karakteristik selulernya yaitu kandungan isi sel,
dinding sel berikut komponen penyusunnya (selulosa, hemiselulosa,
lignin, dan silika), yang sangat bervariasi. Selulosa selalu terdapat
dalam bentuk ikatan yang tertutup dengan lignin menjadi lignoselulosa
yang tidak siap difermentasi mikroba rumen. Selulosa menambah
kekuatan tarik, sedangkan lignin menambah resistensi terhadap
penekanan. Kebe-radaan silika sama dengan lignin yaitu menambah
kekuatan struktur (Sastradipradja, 1981). Oleh karena itu apabila bahan
pakan kandungan lignin, selulosa, dan silikanya tinggi akan sukar
dicerna. Variasi kecer-naan jerami padi disebabkan: 1. Bawaan
meliputi: macam varietas, lingkungan, cara panen, dan penanganan, 2.
Cara pemberian, yakni tingkat pemberian dan komposisi pakan yang
diberikan, disuplementasi berupa apa dan pada tingkat berapa
suplemen diberikan, dan 3. Perlakuan (treatment) atau pradigesti baik
secara fisik, kimia, maupun biologi.
Republised by Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 

Sabtu, 10 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 2

Republished by Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
Selain rumput lapangan dan hijaun pakan yang dibudayakan
masih ada hijauan lain yang dapat digunakan sebagai sumber pakan
yaitu berupa hasil sisa tanaman pertanian. Sejalan dengan semakin
diintensifkannya usaha penanaman tanaman pangan maka hasil sisa
tanaman pertanian (jerami) di Indonesia akan semakin melimpah pula.
Diantara hasil sisa tanaman pertanian, jerami padi memegang peranan
penting sebagai pengganti hijauan pakan selama musim kemarau
(Utomo et al., 1988), saat hijauan pakan sangat terbatas terutama di

dataran rendah (Rangkuti et al., 1986). Produksi jerami padi di suatu
wilayah dapat diestimasi dengan dua cara yaitu dari imbangan (rasio)
antara padi dengan jeraminya atau dari produksi jerami padi (ton/ha).
Rasio produksi jerami dengan padi bervariasi antara 1 : 0,90 sampai 1 :
1,34, tetapi pada umumnya 1 : 1 (Doyle et al., 1986). Menurut hasil
survey yang dilakukan bersama antara Fakultas Peternakan UGM dan
DITJEN Peternakan (Anonimus, 1982) produksi jerami padi bahan
kering (BK) diperkirakan 3,86 ton/ha, sehingga produksi suatu wilayah
dapat diperkirakan berdasarkan luas panennya.
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
Jerami padi termasuk hasil sisa tanaman pertanian yang kandungan
proteinnya rendah (di bawah 7%) sehingga penggunaan untuk
pakan membutuhkan suplementasi protein dan energi serta upaya
peningkatan kecernaan (Lebdosukojo, 1983). Suplementasi bahan
pakan konsentrat sangat dibutuhkan karena jerami padi hanya
mengandung protein kasar sekitar 4-5% atau 0,64-0,80% nitrogen.
Padahal, untuk kehidupan mikroba rumen membutuhkan pakan paling
tidak mengandung nitrogen (N) 1,28% atau 8% protein (Van Soest,
1994). Lebih lanjut dinyatakan selain unsur N untuk sintesis protein
tubuhnya mikroba juga membutuhkan unsur C, P dan atau S.
Penggunaan atau pemanfaatan jerami padi antara lain: 1. Sebagai
sumber bahan organik atau mineral lahan pertanian, 2. Sebagai pakan,
3. Untuk alas tidur ternak (bedding), 4. Untuk dibuat kertas, 5. Untuk
bahan bakar, 6. Untuk media pertumbuhan jamur, 7. Produksi protein
ber sel tunggal (Devendra, 1982).
Para ahli tanaman pangan berpendapat pemanfaatan jerami padi
untuk pakan adalah pengurasan unsur hara lahan pertanian. Menurut
mereka jerami padi sebaiknya dibakar karena paling tidak mineral akan
tertinggal di lahan sebagai pupuk. Perlu diingat bahwa berjuta-juta ton
bahan organik termasuk unsur N akan hilang bila jerami padi tersebut
dibakar. Pembakaran jerami padi patut disayangkan karena disamping
mengganggu lingkungan hidup juga menghilangkan bahan organik
termasuk N. Jerami padi rata-rata mengandung protein kasar 4% atau
N 0,64%, sedangkan produksi per ha sekitar 3,8 ton BK sehingga
24,32 kg N atau setara dengan 54 kg urea per ha per musim akan
hilang terbakar. Oleh karenanya yang terbaik adalah jerami padi
diambil untuk pakan guna menghasilkan pangan (daging dan susu),
feses yang dihasilkan ternak dibuat kompos dikembalikan ke lahan
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
sebagai pupuk organik tanaman pangan atau rumput penghasil pakan.
Perputaran (recycling) penggunanaan biomas semacam ini sangat ideal
karena akan saling menguntungkan. Usaha pertanian semacam ini ada
yang menyebut usahatani konservasi, pertanian yang berkelanjutan,
atau istilah menterengnya sustainable in agriculture (Gambar 1).
Kotoran (feses) sapi merupakan sumber pupuk organik yang
kaya mengandung N, fosfor (P), dan kalium (K). Seekor sapi
penggemukan menghasilkan feses 3,3 kg BK/hari atau sekitar 1,2 ton
BK/tahun (Harada, 1995), feses sapi mengandung 2,19% N, 1,78%
P2O5 dan 1,76% K2O (Haga, 1990), sehingga dalam satu tahun akan
dihasilkan pupuk organik yang mengandung 26,28 kg N, 21,36 kg
P2O5, dan 21,12 kg K2O. Integrasi peternakan dengan tanaman pangan
lebih menguntungkan karena pemakaian pupuk organik akan
menaikkan kesuburan tanah dan mengurangi penggunaan pupuk
anorganik sehingga akan menekan biaya produksi. Penggunaan pupuk
organik selain menaikkan produksi pangan juga menaikkan hasil sisa
tanamannya yang dapat digunakan sebagai pakan.

Akan tetapi ternyata tidak semua recycling menguntungan, kasus
sapi gila atau Bovine spongioform encephalopathy (BSE) yang terjadi
di Inggris misalnya, kasus ini ditengarai akibat recycling yang sempit
atau pendek yakni penggunaan sisa-sisa rumah potong hewan (jeroan),
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
tepung daging, tepung daging tulang, dan produk lainnya asal
ruminansia untuk pakan ruminansia. Pemberian pakan bahan pakan
asal hewan untuk hewan ruminansia ini dimaksutkan untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi, karena untuk memperoleh produktivitas
yang tinggi kebutuhan proteinnya akan mudah terpenuhi dengan
menambahkan bahan pakan hewani. Barang kali ini peringatan dari
Allah SWT atas keserakahan manusia karena pekmaksaan kehendak
yakni pemberian pakan bahan pakan hewani kepada ternak herbivora
(pemakan tumbuhan) demi mendapatkan KBH yang tinggi sehingga
terjadinya kelainan protein. Menurut Gill (2003), penelitian di Jepang
menunjukkan kasus sapi gila yang ditemukan hampir pada semua sapi
yang mengkonsumsi susu sebagai bahan pokok konsentrat (milk-based
concentrate), meskipun demikian kasus sapi gila masih merupakan
misteri karena satu kasus ditemukan pada sapi yang tidak pernah diberi
pakan tepung daging tulang.

Republished by Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 

Jumat, 09 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 1


Republished by  Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013
Produksi peternakan merupakan gabungan antara genetik (sifat
kebakaan/keturunan) dan lingkungan yang antara lain adalah pakan.
Para ahli peternakan berpendapat bahwa persentase biaya pakan cukup
besar diperhitungkan dari total biaya produksi, walaupun besarnya
bervariasi tergantung dari ternak yang diusahakan apakah ternak
unggas (ayam atau itik), ruminansia besar (sapi potong, sapi perah,
atau kerbau), atau ternak ruminasia kecil (domba atau kambing).
Variasi besarnya persentase biaya pakan ini tergantung pada besarnya
harga bibit.
Sebelum membicarakan pakan (feed) perkenankanlah saya
membahas selintas apa yang dimaksud dengan bahan pakan
(feedstuffs). Bahan pakan yang juga disebut bahan makanan ternak
adalah segala sesuatu yang dapat dimakan hewan atau ternak, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak
yang memakannya (Tillman et al., 1998; Lubis, 1992). Menurut Lubis
(1992), berdasarkan asalnya bahan pakan dapat dibedakan menjadi
dua: 1. bahan pakan yang berasal dari tanaman misalnya: hijauan
pakan (forages), hasil sisa tanaman pertanian (jerami), bebijian, dan
hasil samping industri pertanian. 2. bahan pakan yang berasal dari
hewan dan ikan. Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan
nutriennya atau komposisi kimianya, disamping dipengaruhi pula ada
tidak atau besar kecilnya anti kualitas atau anti nutrisi pada bahan
pakan tersebut (Soejono et al., 2002)
 Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013
Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimia, serta penggunaannya
secara internasional bahan pakan dibagi menjadi delapan kelas:
1. Hijauan kering dan jerami, 2. Pasture, tanaman padangan, hijaun
segar (forages), 3. Silase (silage), 4. Sumber energi, 5. Sumber protein,
6. Sumber mineral, 7. Sumber vitamin, 8. Aditif (Harris et al., 1972).
Secara konvensional bahan pakan dibedakan menjadi lima kelas: 1.
Pakan berserat sumber energi (carbonaceous roughages), 2. Pakan
berserat sumber protein (proteinaceous roughages), 3. Pakan
konsentrat sumber energi (carbonaceous concentrates), 4. Pakan
konsentrat sumber protein (proteinaceous concentrates), 5. Bahan
tambahan (additive materials), (Jurgens, 1974). Berdasarkan tingkat

Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

kecepatan degradasi dalam rumen bahan pakan konsentrat dibedakan
menjadi empat yaitu: 1. Konsentrat sumber energi terdegradasi lambat,
2. Konsentrat sumber energi terdegradasi cepat, 3. Konsentrat sumber
protein terdegradasi lambat, dan 4. Konsentrat sumber protein
terdegradasi cepat (Utomo, et al., 1999).
Klasifikasi bahan pakan baik secara internasional maupun secara
konvensional diperlukan dalam menyusun ransum yang serasi,
sedangkan klasifikasi berdasarkan tingkat kecepatan degradasi dalam
rumen diperlukan dalam menyusun ransum ruminansia yang memperhitungkan
sinkronisasi ketersediaan nutrien untuk sintesis protein
mikroba dan pemanfaatan nutrien secara langsung oleh ternak. Keberadaan
mikroba dalam retikulo rumen dan kecepatan perkembangbiakannya
sangat menguntungkan karena dapat digunakan sebagai
sumber protein bagi ternak inangnya. Komponen asam amino protein
mikroba sangat konstan (Storm dan Orskov, 1983), 15% protein
mikroba ditemukan dalam bentuk asam nukleat, kandungan AA
esensial relatif seimbang (Le Henaff, 1991).
Kandungan protein
mikroba rumen sekitar 65% dengan kecernaan nyata bervariasi antara
75-85% (Storm dan Orskov, 1983; Verite dan Peyraud., 1988), antara
74-91% dengan nilai biologis sekitar 80% ( Tillman et al., 1998).
Pembangunan peternakan di Indonesia dihadapkan pada beberapa
problema antara lain: 1. Penyediaan pakan yang tidak kontinyu
sepanjang tahun, 2. Kualitas bahan pakan yang variatif, 3. Polusi
lingkungan.
Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

Ketersediaan bahan pakan di Indonesia (daerah tropik) terutama
untuk ternak ruminansia yang berupa hijauan sangat fluktuatif
tergantung pada musim. Pada musim hujan hijauan pakan sebagai
pakan utama ternak ruminansia melimpah sedangkan pada musim
kemarau sangat terbatas sampai tidak ada produksi sama sekali
tergantung pada lamanya musim kemarau. Kekurangan hijauan pakan
ini dipengaruhi kebijakan pemerintah yang lebih memprioritaskan
produksi pangan daripada pakan dan keperluan lain. Lahan subur
dengan irigrasi tekhnis di daerah padat penduduk diprioritaskan untuk
produksi pangan, sedangkan untuk produksi hijauan pakan digunakan
tanah yang tidak subur (margin). Akibat dari kebijakan ini padang
rumput semakin berkurang, produksi pakan hijauan menjadi sangat
rendah, sehingga berakibat langsung pada produktivitas ternak

Republished by  Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

terutama daging dan susu. Dipandang dari fungsinya, padang rumput
dapat digunakan untuk mencegah erosi asal dikelola dengan baik,
meskipun kemampuan untuk mencegah erosi masih di bawah tanaman
legume dan hutan (Reksohadiprodjo, 1985).
Pakan ternak ruminansia dibedakan menjadi pakan basal yang
berupa hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan berasal dari bahan pakan
klas 1, 2, dan 3, yang dapat berupa hasil sisa tanaman pertanian,
rumput, daun legume (kacang-kacangan), dan hijaun lain yang semua
dapat diberikan dalam keadaan segar, kering, atau silage. Berdasarkan
cara pengelolaaannya rumput dibedakan menjadi rumput lapangan
(native grass) dan rumput budidaya (culture). Rumput lapangan
diambil dari pematang sawah, pinggir jalan, atau kebun yang tidak
diusahakan secara khusus. sehingga kualitasnya tidak menentu,
produktivitasnyapun rendah. Rumput budidaya dipotong dari rumput
yang dibudidayakan atau dikelola khusus sebagai penghasil pakan
hijauan (rumput kolonjono, rumput gajah, rumput raja, dll). Selain
berupa rumput dapat juga berupa legume menjalar (centro, siratro,
peuro dll), atau legume pohon (lamtoro, gliriside, turi, dll).
Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

Berdasarkan kecepatan fotosintesisnya, rumput dibedakan
menjadi dua jalur (pathway) fotosintesis yaitu C4 (rumput tropik) dan
C3 (rumput sub tropik dan legume). Rumput tropik sangat efisien
menggunakan sinar matahari untuk fotosintesisnya dibandingkan
rumput sub tropik dan legume (Humprheys, 1981; Crowder dan
Chheda, 1982; Wilson, 1991). Akibat dari efisiensi fotosintesis pada
C4, tanaman akan cepat tumbuh dan cepat pula menjadi tua, sehingga
kualitasnya lebih rendah daripada C3 yang tumbuh lebih lambat.
Menurut Wilson (1991) kualitas C4 lebih rendah daripada C3 yang
ditandai oleh lebih tebalnya dinding sel (57 vs 43%) dan lebih
rendahnya kecernaan bahan kering (61 vs 72%).
Republished by  Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

Rabu, 31 Oktober 2012

SEGENAP KELUARGA BESAR CIPELANG FARM MENGUCAPKAN :

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434H 2013 M

SEMOGA IBADAH KITA MENDAPAT BALASAN YANG TERBAIK DARI ALLAH SWT


CIPELANG FARM
Menyediakan  Sapi Qurban 2013

Sabtu, 20 Oktober 2012

KEBIJAKAN PERTERNAKAN

Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
Penerapan agribisnis masih dilakukan padakriteria cukup sampai sedang, sedangkan indeks penerapan agribisnis pada kategoricukup. Oleh karena itu untuk dapat meningkatkan penerapan agribisnis, perlu upaya
baik dari pemerintah ataupun lembaga lain dalam pemberdayaan peternak. Hal yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Pelatihan dan pendampingan aspek teknologi pakan ternak.
b. Peningkatan peran Lembaga Pendukung Agribisnis baik Lembaga Keuangan,
Kelompok tani-ternak, Pasar Ternak, Koperasi, Lembaga Penelitian dan Pos
Keswan yang mudah diakses peternak guna mendekatkan diri pada peternak
mengingat Lembaga Pendukung ini berpengaruh terhadap pemasaran,
22
ketersediaan sarana produksi dan pasca panen. Disamping itu, lembaga yang
sangat penting adalah lembaga sarana produksi baik pakan ternak maupun
lembaga perbibitan sapi potong.
c. Aksesibilitas peternak pada Lembaga Pendukung agribisnis berkaitan dengan
pemasaran
d. Peningkatan ketrampilan inseminator agar calving interval lebih singkat.
e. Penerapan agribisnis peternak perlu ditingkatkan untuk memperbaiki penampilan
agribisnis peternakan. Pengembangan teknologi yang berkaitan dengan
teknologi produksi adalah langkah perbaikan untuk kualitas bibit ternak,
penggunaan input faktor, pakan tambahan, peralatan, dukungan ketrampilan
bagi peternak untuk dapat mengelola agribisnis peternakan dan memperbaiki
penerapan subsistem agribisnis.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
2a. Pendapatan peternak sapi potong yang diperoleh sebesar Rp 1.934.861,713,- per
tahun, atau dalam satu bulan dapat memperoleh pendapatan Rp 161.238,5,-. Jika
dilihat dari nilai yang diperoleh pendapatan ini sangat kecil namun bila disimak dari
usaha yang dilakukan, usaha sapi potong dapat memberikan manfaat yang berarti
bagi peternak rakyat, karena bila peternak membutuhkan uang yang mendadak
maka peternak akan menjual ternak untuk menutup kebutuhan yang diperlukan.
Mengacu dari kondisi ini dapat disampaikan bahwa usaha ternak rakyat sapi potong
perlu dikelola dengan lebih baik melalui peningkatan ketrampilan dan penerapan
agribisnis hulu. Jika hal tersebut dikelola secara baik dengan berorientasi usaha atau
agribisnis maka sangat dimungkinkan dapat memberikan peluang pengembangan
23
bagi subsektor peternakan dan juga dapat merupakan kesempatan kerja bagi
masyarakat pedesaan.
2b. Faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah jumlah induk; curahan waktu
kerja; service per conception; jumlah pakan hijauan; jumlah pakan tambahan;
pengalaman beternak dan penerapan agribisnis.
Berkaitan dengan hal itu, maka upaya untuk mengadakan induk ternak agar
produksi ternak sapi potong tetap terjaga baik melalui program pemerintah maupun
kemampuan peternak melalui alokasi modal sapi potong perlu dipertahankan.
Disamping itu, kebijakan melarang penyembelihan ternak betina produktif
merupakan upaya untuk menjaga kestabilan populasi dan juga menjaga
keberlanjutan usahaternak sapi potong . Hal ini berkaitan dengan koefisien dari
induk ternak yang nilainya paling besar diantara variabel-variabel yang
mempengaruhi produksi sapi potong. Peningkatan populasi ternak selain bersumber
dari induk ternak juga dari berapa kali ternak berhasil bunting atau service per
conception. Penurunan angka S/C merupakan suatu langkah agar jarak ternak
beranak menjadi lebih singkat sehingga keberlanjutan populasi ternak dapat terjaga.
Oleh karena perlu adanya peningkatan ketrampilan bagi tenaga kesehatan ternak
yang berkaitan dengan reproduksi ternak dan juga menjaga kualitas semen untuk
inseminasi buatan.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
2c. Pendapatan peternak dipengaruhi oleh harga induk, jumlah sapi potong, harga pakan
hijauan, upah tenaga kerja dan bangsa ternak berpengaruh terhadap pendapatan
usaha sapi potong. Oleh karena itu, perlu adanya fasilitasi pengadaan pakan ternak
24
melalui koperasi ternak sehingga akses peternak lebih mudah dan diharapkan harga
juga lebih terjangkau sehingga kebutuhan pakan ternak lain dapat dibeli peternak.
2d. Variabel yang meningkatkan terhadap konsumsi pangan meliputi jumlah anggota
keluarga, harga beras, harga ikan, harga daging, harga minyak, usia suami, usia istri
dan pendapatan keluarga. Oleh karena itu, kebijakan stabilitas harga barang
konsumsi perlu dilakukan agar supaya rumahtangga petani-peternak tetap bertahan
dengan pengeluaran untuk konsumsi mengingat fluktuasi harga konsumsi sering
berfluktuasi kearah yang lebih tinggi. Disamping itu, deversifikasi konsumsi juga
perlu dilakukan mengingat terdapat komoditas pangan lain selain beras dan juga
pemanfaatan energy alternative untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga perlu
diperhatikan, seperti pemanfaatan gas bio.
 Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
2.e. Variabel yang dapat meningkatkan penggunaan modal usaha ternak sapi potong
adalah jumlah induk sapi potong, produksi ternak, curahan waktu kerja, pendapatan
rumahtangga, konsumsi pangan dan penerapan agribisnis. Oleh karena itu,
aksesibilitas peternak terhadap permodalan perlu dilakukan. Disamping itu, terlihat
pula bahwa penerapan agribisnis dapat meningkatkan permodalan, dimana dalam
penerapan agribisnis terdapat subsitem lembaga penunjang agribisnis yang antara
lain adalah lembaga keuangan. Berdasarkan hal inilah akses permodalan peternak
dapat ditingkatkan.
3. Kondisi optimal usaha ternak sapi potong induk anak tercapai pada induk lokal
1,445 UT dan induk non lokal 0,295. Mengacu dari kondisi tersebut, maka upaya
pengembangan usaha ternak sapi potong khususnya pengadaan induk menjadi
25
sangat penting. Program pemerintah yang telah dijalankan melalui pemberian
insentif kepada peternak untuk ternak betina produktif perlu dipertahankan, selain
itu, kredit usaha ternak juga perlu diteruskan. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk mempertahankan ternak betina dan meningkatkan populasi sapi potong.
Kondisi ini sesuai dengan hasil analisis produksi ternak, dimana koefisien induk
adalah paling tinggi sehingga pengembangan sapi potong masih dapat dilakukan
dengan pengadaan induk sapi.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
4. Sumberdaya lahan, induk ternak sapi dan tenaga kerja menjadi faktor pembatas
atau kendala utama dalam memperoleh pendapatan. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan pendapatan rumahtangga tani maka perlu memperhatikan dan
mengutamakan pada peningkatan pemanfaatan lahan dan peningkatan jumlah induk
ternak sapi. Berkaitan dengan pengembangan pertanian tanaman pangan maka
salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan produktivitas. Oleh
karena itu, upaya pengenalan teknologi untuk meningkatkan produktivitas
merupakan solusi yang dapat dilakukan.
5. Peningkatan jumlah induk sapi potong dapat meningkatkan pendapatan
rumahtangga petani-peternak. Oleh karena itu, rumahtangga petani-peternak dapat
mengembangkan usaha ternak dengan menambah jumlah ternak, khususnya induk
sapi.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm

Senin, 08 Oktober 2012

SWASEMBADA TERNAK SAPI 3 Republished by Sapi Qurban / Kurban 2013 harga murah Cipelang Farm



SWASEMBADA TERNAK SAPI 3  


6. Penyediaan dan pengembangan pakan dan air
Kegiatan ini ditargetkan untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum dan
pakan pada saat musim kering, seiring dengan peningkatan jumlah ternak sapi,
dengan melaksanakan kegiatan operasional sebagai berikut:
a. Penambahan penyediaan pakan dan air, dengan cara :
1) Penanaman dan pengembangan sumber benih/bibit tanaman pakan
ternak (TPT).
a) Inventarisasi lokasi sumber dan jenis benih/bibit tanaman pakan
ternak (rumput atau legume) di Indonesia.
b) Penanaman benih/bibit tanaman pakan ternak di BPTU, UPTD
daerah dan kawasan pengembangan ternak.
c) Pengembangan feed bank (lumbung pakan).
2) Pembuatan embung, pompa air, dan konservasi lahan untuk
menjamin ketersediaan air minum saat musim kemarau.
3) Pengembangan desa mandiri pakan melalui gerakan massal
penanaman tanaman pakan dan pemanfaatan limbah pertanian di
lokasi kelompok peternak sapi potong (antara lain kelompok PMUK,
BPLM, SMD, LM3) dan di lokasi lain seperti daerah aliran sungai,
sekitar embung, lahan kritis, tambang batubara, dan bekas lahan
hutan produksi, atau terintegrasi dengan lahan perkebunan dalam
4) Perluasan dan revitalisasi padang penggembalaan di wilayah yang
berpotensi untuk pengembangan ternak pola grazing.
5) Peningkatan pemanfaatan limbah agroindustri seperti limbah atau
hasil samping perkebunan atau pabrik pengolahan sawit (bungkil inti
sawit), pabrik gula (tetes), dan pabrik penggilingan padi (dedak).
b. Pengembangan teknologi dan industri pakan ternak berbasis sumber daya
lokal, dengan cara:
1) Pengembangan teknologi pakan, melalui aplikasi teknologi pakan
(pengolahan, pengawetan, penyimpanan) dan pengadaan
peralatannya di kelompok peternak.
2) Penguatan kelembagaan yang menangani pengujian dan
standarisasi mutu pakan.
3) Pengembangan mini feedmill di kelompok peternak yang memiliki
populasi ternak dengan jumlah minimal tertentu.
26
4) Peningkatan kualitas SDM bidang pakan, termasuk staf yang
memiliki jabatan fungsional pengawasan mutu pakan (wastukan),
serta penyediaan tenaga baru untuk wastukan di daerah/wilayah.
5) Restrukturisasi sistem tata niaga bahan baku pakan lokal.


7. Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan
kesehatan hewan
Kegiatan ini ditargetkan untuk mengurangi tingkat kegagalan reproduksi
sapi betina produktif yang telah dikawini/diinseminasi, dengan melaksanakan
kegiatan operasional sebagai berikut:
a. Penanggulangan gangguan reproduksi, dengan cara:
1) Pemeriksaan akseptor terhadap status penyakit Brucellosis (khusus
di daerah yang belum bebas Brucellosis);
2) Peningkatan kualitas SDM yang menangani penyakit reproduksi;
3) Pengadaan obat-obatan dan hormonal;
4) Penanganan ternak yang mengalami gangguan reproduksi;
5) Monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
b. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan, dengan cara:
1) Pembangunan pusat kesehatan hewan di wilayah padat ternak.
2) Pemeriksaan, identifikasi, dan pemetaan kasus parasit internal dan
kematian pedet.
3) Pengadaan obat-obatan parasit internal, terapi antibiotika, dan
C. Pencegahan Pemotongan Sapi Betina Produktif
8. Penyelamatan Sapi Betina Produktif
Kegiatan ini ditargetkan untuk mencegah pemotongan sapi betina
produktif sebanyak 150-200 ribu ekor per tahun dengan melakukan penjaringan
dan penyelamatan pedet yang dilahirkan di kelompok peternak, melalui
pelaksanaan kegiatan operasional sebagai berikut :
a. Pemeriksaan reproduksi sapi betina produktif di RPH dan di pasar hewan,
terutama yang masih berumur muda atau berpotensi melahirkan anak
beberapa kali lagi.
b. Fasilitasi dana talangan untuk menyelamatkan sapi betina produktif di
tingkat RPH dan mendistribusikannya ke kelompok peternak terpilih.
27
c. Pembinaan kelompok peternak yang sudah mengembangkan sapi betina
produktif hasil penjaringan dan kelompok peternak pembibit lainnya.
d. Penambahan tenaga paramedis dan peningkatan kemampuan teknis
petugas reproduksi.


D. Penyediaan Bibit Sapi Lokal
Kegiatan ini ditargetkan untuk meningkatkan jaminan ketersediaan benih dan
bibit sapi yang berkualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan sapi potong lokal
sehingga produksi daging di dalam negeri dapat meningkat dan mencukupi
kebutuhan sebagian besar daging sapi, melalui pelaksanaan kegiatan operasional
sebagai berikut:
9. Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan,
dengan cara:
a. Pengidentifikasian wilayah yang berpotensi sebagai sumber bibit sapi.
b. Penetapan wilayah sumber bibit sapi yang memiliki potensi menghasilkan
bibit.
c. Penguatan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pembibitan dan sinergisme antar
UPT lingkup Kementerian Pertanian dalam rangka seleksi, penjaringan,
dan penyediaan bibit sapi unggul.
10. Pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui VBC, dengan cara:
a. Penyusunan kriteria Village Breeding Centre (VBC) berdasarkan acuan
ilmiah.
b. Penambahan jumlah sapi bibit di kelompok peternak yang sudah
berpengalaman sesuai dengan kemampuannya dan mempunyai daya
dukung pakan yang memadai.
c. Pelatihan dan pendampingan kelompok peternak dalam rangka
menerapkan program VBC berdasarkan prinsip Good Breeding Practice.
d. Penetapan standard mutu bibit melalui sertifikasi bibit untuk menjaga/
meningkatkan harga bibit di tingkat UPT maupun di tingkat peternak.
11. Penyediaan sapi bibit melalui subsidi bunga (KUPS), dengan cara:
a. Sosialisasi KUPS di pusat dan daerah oleh Kemtan, Bank, Dinas/Pemda,
Asosiasi/Kelompok Peternak.
b. Pemetaan daerah yang berpotensi menyerap program KUPS.
28
c. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan KUPS antara Kemtan, Kemkeu,
Perbankan dan stakeholders terkait.
d. Monitoring ketersediaan ternak di dalam dan luar negeri dengan kualitas
yang memadai dan harga yang kompetitif.
e. Identifikasi dan klarifikasi pelaksana dan pemanfaatan KUPS.
f. Penguatan modal usaha kelompok peternak sapi potong.
g. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan KUPS secara berjenjang.
h. Koordinasi dengan Pemda untuk pengalokasian dana (APBD/DAK/DAU)
untuk dana penjaminan KUPS pada bank daerah.
i. Pengintegrasian program KUPS dalam program SMD.


E. Pengaturan Stock Daging Sapi Dalam Negeri.
12. Pengaturan stock sapi bakalan dan daging.
a. Pengaturan stock sapi bakalan.
Kegiatan ini ditargetkan untuk memberdayakan usaha peternakan sapi
potong berbasis sumber daya lokal, melalui kegiatan operasional sebagai
berikut:
1) Penerapan regulasi impor sapi bakalan secara benar dan konsisten.
2) Penyusunan regulasi setingkat Peraturan Menteri tentang pemasukan
dan pengeluaran sapi potong dan bibitnya; serta penyusunan
pedoman (SOP) untuk impor sapi bakalan.
3) Pengawasan dan pemantauan kegiatan impor sapi potong bakalan
sesuai dengan paraturan dan perundang-undangan yang ada.
4) Pembinaan kepada perusahaan feedlot agar mengkonversi usahanya
menjadi perusahaan penggemukan berbasis sapi lokal atau menjadi
perusahaan pembibitan secara bertahap.
5) Revitalisasi sistem karantina hewan terkait dengan impor bibit dan sapi
bakalan.
b. Pengaturan stock daging.
Kegiatan operasional ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk
daging lokal, melalui kegiatan operasional :
1) Penyempurnaan dan penegakan Peraturan Menteri Pertanian tentang
pemasukan daging yang terjamin ASUH.
2) Pengawasan dan pemantauan kegiatan impor daging sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
29
3) Pembinaan kepada importir dan distributor daging agar mendukung
pengembangan perdagangan daging sapi lokal.
4) Pengembangan klasifikasi potongan daging sapi lokal.


13. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging
a. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi.
Kegiatan ini ditargetkan untuk menjamin ketersediaan sapi di dalam negeri
dan menjaga stabilitas harga sapi, melalui kegiatan operasional sebagai
berikut:
1) Penetapan pengeluaran dan pemasukan sapi untuk keperluan bibit
maupun pengembangan sapi antar wilayah oleh pemerintah daerah
melalui koordinasi dengan pemerintah pusat.
2) Penyusunan regulasi setingkat Peraturan Menteri tentang
pendistribusian dan pemasaran sapi.
3) Pengawasan dan pemantauan kegiatan perdagangan sapi potong
antar wilayah, serta pendistribusian dan pemasarannya.
4) Revitalisasi sistem karantina hewan terkait dengan perdagangan
sapi bibit dan sapi bakalan antar wilayah.
5) Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi di dalam negeri.
b. Pengaturan distribusi dan pemasaran daging di dalam negeri.
Kegiatan operasional ini bertujuan menjamin ketersediaan daging di
dalam negeri dan menjaga stabilitas harga daging, melalui kegiatan
operasional :
1) Peningkatan pengawasan dan pemantauan distribusi daging impor
2) Pengendalian distribusi daging impor berdasarkan kelengkapan
fasilitas rantai dingin dari importir sampai ke ritel.


SEDIA SAPI QURBAN TIMBANG HIDUP
+ Pembeli lebih UNTUNG & ADIL
+ Transaksi lebih RIIL & PRESISI
+ Hewan Lebih SEHAT & FRESH karena dikirim langsung dari Peternakan.

Trend Sapi Qurban 2014

Trend Sapi Qurban 2014
Sapi Qurban Jenis Simmetal 650KG

Trend Sapi Qurban 2014

Trend Sapi Qurban 2014
sapi qurban jenis simmetal berat 380kg

SAPI QURBAN SEHAT DAN SYAR'I


JENIS SAPI: PO, LIMOSIN, SIMETAL, JAWA, BALI, PEGON.


kontak :

0815-9080-785 (CALL/SMS/WA)

0812-8435-6162 (SMS/CALL)

0856-9233-4143 (CALL/SMS/WA)
BBM : 75fae2a6

email : cipelangfarm@gmail.com

Lokasi Kandang :

Jl. Balai Embrio Ternak (BET) Kp.Pasir Bogor Desa Cipelang Kec.Sijeruk Bogor


KLIK : PETA RUTE



STOCK SAPI QURBAN 2015

Silahkan KLIK !!!

SAPI STANDAR HARGA 14 Jt/ekor

SAPI SEDANG 300-400KG

SAPI SUPER 400-800KG

SAPI PREMIUM 800-1500KG