BUDIDAYA TERNAK SAPI QURBAN / KURBAN 2
Republished by Sapi Qurban / Kurban 2013 Cipelang Farm
6.2. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah
terdaftar dan lengkap
silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu
pernafasannya serta dari
hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan
bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian
ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan
bulu.
8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak
berbulu menandakan
bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak
dijumpai di daerah
setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai
berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3) laju pertumbuhannya relatif cepat.
4) efisiensi bahannya tinggi.
6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum)
dan
pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi
adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan
pembangkit
tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan,
makin besar tenaga
yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan
dalam bentuk
daging.
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan
sehingga
peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara
ekstensif
pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang
dipelihara dibiarkan
hidup bebas.
2) Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa
hijauan. Sapi
dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak
jenuh
memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun
kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu
penggembalaan
(
Pasture fattening
), kereman (
dry lot faatening
) dan kombinasi cara pertama
dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang
rumput,
yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat
penggembalaan
cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari.
Dengan cara ini,
maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena
sapi telah
memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang
yang dikenal
dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan
diperoleh dari
ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan
kira-kira
sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1%
- 2% dari
kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara
dicampurkan dalam
rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral
sebagai penguat
berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran
dengan
jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah
ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara
penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan
dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan
silase. Macam
hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (
legu minosa
) dan
tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi
adalah rumput
gajah, rumput raja (
king grass
), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan
dengan
tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam
hijauan kering
adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb.
yang biasa
digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis
pakan yang
banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat
pembuatan
silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang
akan dibuat silase
ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil
dari proses inilah
yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah
memasyarakat antara
lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
3) Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses
fermentasi (+1-2
minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan
baik.
Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar
sirkulasi udara
didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat
pakan dan minum
sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap.
Tempat pakan
dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak
diinjak-injak atau
tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum
sebaiknya dibuat
permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada
permukaan
lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di
Bangli skala 25
ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a.
Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,-
Rp. 48.750.000,-
b. Kandang Rp. 1.000.000,-
c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari Rp. 12.000.000,-
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari Rp.
7.482.500,-
d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan :
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550
kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg Rp. 111.110.000,-
b.
Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,-
Rp. 1.095.000,-
Jumlah Pendapatan Rp. 112.205.000,-
3) Keuntungan
Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan
Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik
sebagai ternak
potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat
mempunyai
kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel,
restoran, industri
pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah
kota-kota
besar seperti kota metropolitan Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke
dalam beberapa
segmen yaitu :
a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah
pembeli-
pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar
dalam konsumsi
dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
1. Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan
dagingnya
kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih
belum
memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan
kesehatan maupun
selera.
2. Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat,
karyawan
perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil
dan tidak
signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat
konsumen manca
negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam
negeri,
artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak
signifikan.
b) Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan
daging
untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi
guna mendapatkan
laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran
dan yang
jumlahnya semakin meningkat
Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur
dalam inpres nomor 4
tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang
untuk
menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3
organisasi yang
bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang
mewakili pemasok
produksi peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan)
Indonesia), yang
mewakili peternak penggemukan
c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).