GARANSI SAPI SEHAT CIPELANGFARM :

1. Sapi dilengkapi SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan)
2. Sapi diberikan KALUNG SEHAT tanda lulus uji kesehatan.
3. Sapi bisa dikembalikan/ditukar jika sampai ke-pembeli tidak dalam keadaan SEHAT.

Kamis, 13 Desember 2012

ANALISIS USAHA SAPI QURBAN

Republished by sapi qurban Cipelang Farm
Produksi
Kendala fungsi produksi merupakan kendala dalam model rumahtangga (Singh et
al., 1986) dimana bentuk implisit fungsi produksi dinyatakan pada persamaan:
G(Qa:L,Z) …………………………………………………………. (.3)
Rumahtangga dianggap menghasilkan satu komoditi (Qa) atas penggunaan input (L) dan
(Z) dalam proses produksi.
Fungsi produksi model Cobb Douglas dapat digunakan sebagai alat analisis
penelitian dengan pendekatan ekonometrika (Debertin, 1986; Nicholson, 1999). Secara
matematis fungsi produksi model Cobb Douglas dapat diformulasikan sebagai berikut :
Y = A Σ(Xi)αi Σ(Zj)βj ............................................................................. (4)
m n
Ln Y = Ln A + Σα1 ln X1 + Σβj Ln Zj ………………………………. (5)
i-1 j=1
Keterangan :
Y = produk
A = intercept
Xi = faktor produksi variabel
Zj = faktor produksi tetap
α, β = koefisien regresi
α, β = koefisien regresi
7Republished by sapi qurban Cipelang Farm
3.4. Alokasi Waktu
Singh et al. (1986) menyatakan bahwa sumberdaya waktu merupakan kendala
dalam rumahtangga tani. Waktu yang dialokasikan untuk santai dan bekerja sama
dengan total sumberdaya yang dimiliki rumahtangga (T= L + X1). Sedangkan fungsi
produksi dalam model rumahtangga tani tergantung pada penggunaan input L, yaitu
tenaga kerja dalam keluarga (G(Qa; L; Z)).
Republished by sapi qurban Cipelang Farm
3.5. Pendapatan Usahatani dan Fungsi Keuntungan
Mubyarto (1989) menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dengan biaya usaha yang telah dikeluarkan. Penerimaan adalah seluruh nilai
dari hasil produksi baik yang diterima, dikonsumsi sendiri, diberikan kepada orang lain
sebagai upah maupun yang digunakan dalam proses selanjutnya. Menurut Soekartawi
(2001) pendapatan kotor dihitung dalam bentuk nilai produksi baik yang dijual maupun
tidak dijual yang merupakan penerimaan dari kegiatan usaha. Penerimaan usaha dihitung
dari jumlah produksi dikalikan dengan harga per satuan produk. Nilai jual produksi yang
diperhitungkan dengan harga yang diterima petani merupakan gambaran keuntungan
nyata yang akan diterima petani (Sharma dan Sharma, 1981). Dengan demikian untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahaternak sapi potong
dapat dianalisis dengan fungsi keuntungan.
3.6. Konsumsi
Keputusan mengkonsumsi barang dan jasa juga termasuk dalam model
rumahtangga tani menurut Singh et al. (1986). Setelah rumahtangga membentuk
8
pendapatan potensialnya, maka kesejahteraan akan dicapai melalui maksimisasi fungsi
kepuasan. Apabila pa adalah harga output usahatani, pm adalah harga barang yang dijual
di pasar, Y* adalah pendapatan potensial, maka maksimisasi fungsi kepuasan dengan
syarat pendapatan potensial membentuk persamaan permintaan rumahtangga atas
komoditi yang dikonsumsi, yakni :
Xi(pa, pm, Y*), untuk i= a, m ................................................................. (6)
Republished by sapi qurban Cipelang Farm
3.7. Modal
Modal usahatani dalam arti mikro adalah faktor produksi modal yang disediakan,
diolah dan dikontrol di dalam suatu usahatani agribisnis maupun usahatani sederhana.
Rumahtangga tani berbeda dengan perusahaan pada umumnya. Rumahtangga tani
dipandang sebagai sebuah perusahaan komplek, yang terdiri atas berbagai aktivitas
produksi, konsumsi dan suplai tenaga kerja. Semua aktivitas tersebut tidak dipisah satu
sama lain, sehingga rumahtangga tidak dapat dipandang sebagai konsumen murni.
Aktivitas produksi yang berupa hasil produksi tidak semua dikonsumsi melainkan ada
yang dijual atau dijadikan sebagai bahan modal atau faktor produksi.
Republished by sapi qurban Cipelang Farm

Selasa, 04 Desember 2012

TEKNOLOGI PAKAN SAPI QURBAN

Republished by Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm 
 3) Teknologi Pakan
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan
pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya
cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan
tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi
produk yang berdaya guna.
Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput
sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yang
mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah
beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang
semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga
memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim subtropis
dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak
ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya,
terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.
Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di
lapangan adalah:
a) Pembuatan Hay
Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumputrumputan/
leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air:
20-30%.
Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak
mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang
seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus
pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang
berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat
mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim
kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
1) Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan
hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar
matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang
dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda:
warna kecoklat-coklatan).
2) Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat
menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ±
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 9/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang
berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air
optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna
“gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
b) Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau
leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses
ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di
musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin
dilakukan.
Prinsip utama pembuatan silase:
1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
2. mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi
kedap udara.
3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan
kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara
organoleptik, yakni:
1. mempunyai tekstur segar
2. berwarna kehijau-hijauan
3. tidak berbau
4. disukai ternak
5. tidak berjamur
6. tidak menggumpal
Beberapa metode dalam pembuatan silase:
1. Metode Pemotongan
- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
- Tutup dengan plastik dan tanah
2. Metode Pencampuran
Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan
untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri
pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan
campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam
sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak
padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:
- asam organik: 4-6kg
- molases/tetes: 40kg
- garam : 30kg
- dedak padi: 40kg
- menir: 35kg 
Republished by Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm

TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 10/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
- onggok: 30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke
seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan
molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian
pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah
dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.
3. Metode Pelayuan
- Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering
40% - 50%.
- Lakukan seperti metode pemotongan
c) Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah
pertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda
(NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2) 2.
Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kimia agar
biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang
diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang
ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).
d) Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan
dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapat
merangsang penambahan jumlah konsumsi serat kasar yang akan
meningkatkan produksi.
Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan pakan
yang dapat difermentasi dan mengandung beberapa mineral penting.
Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energi
cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan palatabilitas serta citarasa.
Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi.
Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang setara dengan 2,88 kg protein
kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif
terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.
1. Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
- Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat
C.
- Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai
13%).
- Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
- Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
Republished by Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 11/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
- Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk merata.
- Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk
hingga merata (±15 menit).
- Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan
padatkan.
- Simpan di tempat teduh dan kering.
2. Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan formulasi
tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal,
protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.
3. Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi amonia
dalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah
pemberian pakan pemacu disesuaikan dengan jenis dan berat badan
ternak. Untuk ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4
gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2
gram untuk setiap berat badan dan 3,8 gram untuk kerbau. Pemberian
pakan pemacu sangat cocok bagi ternak ruminansia yang
digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami atau
bahan pakan berkadar protein rendah.
Republished by Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm
e) Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah
sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi
dan berperan sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat dari
campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber
protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:
1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah, dengan
harga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain sulit didapat. Harga
perunit bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dan daerah
lain, sehingga keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit
berat) perlu dihitung terlebih dahulu.
2. Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang
dikandungnya terutama kandungan energi dan potein. Sebagai
pedoman, setiap Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500
Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.
3. Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode simultan,
metode segiempat bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol,
metode ekuasi atau metode grafik.
Republished by Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 12/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
4. Prosedur Memformulasi
- Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan
nutrisinya (energi, potein), harga per unit berat, harga per unit energi
dan harga per unit protein.
- Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
- Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.
- Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai
sumber vitamin dan mineral.
- Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan
energi lebih tinggi daripada kandungan energi pakan penguat, tetapi
harga per unit energinya yang paling murah (dapat digunakan lebih
dari 1 macam bahan pakan).
- Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai kandungan
protein lebih tinggi daripada kandungan protein pakan penguat,
tetapi harga per unit proteinnya paling murah.
- Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka
50% formula sudah diperoleh.
- Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas
nutrisi %0% formula dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
Republished by Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm

Senin, 03 Desember 2012

MENGENAL PAKAN SAPI QURBAN 3

Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
5.3. Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada
ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi
yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan
keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi
tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan
secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan
fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi
secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses
analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu
dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
 Sapi Qurban Cipelang Farm
5.4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
1) Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi,
kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa
silo yang sudah dikenal adalah:
a. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di
bangun di dalam tanah.
b. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk
huruf V.
c. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang
terbuat dari bambu atau kayu.
d. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke
atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
e. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
Sapi Qurban Cipelang Farm
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 7/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
2) Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu
menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan
nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelang
beranak(melahirkan pada umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan
kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13
Mcal, Protein=570 gram, mineral=37 kg.
b. Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram,
Mineral=5 kg.
 Sapi Qurban Cipelang Farm
c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6
gram, Mineral=42 gram.
Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikan
dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:
a. Rumput gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8
gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9
gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c. Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6
gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK
Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering
sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK.
Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah:
sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% =
37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 19,04/26,3 X
1,48 kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah: 7,26/26,3 X
1,48 kg = 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg. 
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm

Minggu, 02 Desember 2012

MENGENAL PAKAN SAPI QURBAN 2

Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
PEDOMAN TEKNIS PEMBUATAN/PENGOLAHAN
5.1. Kebutuhan Pakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap
nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis
ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh
(normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 4/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda
kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National
Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan
dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia.
Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan
kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan
pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
5.2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang
berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan
kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan
pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya,
konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh
faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a) Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur
lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang
berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan
erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis
ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh
(kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat
pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi
pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya
menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi
temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan
panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada
temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan
karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan
pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengan
cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b) Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat
dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang
dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar,
asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang
menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN 
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
Hal. 5/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada
asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan
mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c) Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”.
Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus)
yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi
ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi
kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
d) Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh
(misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi
konsumsi pakannya.
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
e) Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan
adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi
energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin
tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan
menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi
energi yang dikandung pakan rendah.
f) Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat
pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini
berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan
dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong
menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g) Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya.
Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan.
Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan
ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat
badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut.
Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di
lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang
badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan
menggunakan formula:
Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara
meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 6/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h) Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak
potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol.
Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya
terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih
rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya
(terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi
produksinya tidak optimal. 
Republished by Sapi Qurban Cipelang Farm

Sabtu, 01 Desember 2012

MENGENAL PAKAN SAPI QURBAN 1

 Republished by Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm
JENIS PAKAN TERNAK
1) Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak
dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia)
maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya
terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/
jenis kacang-kacangan.
Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak,
mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di
daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak
sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak
mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa
yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum
maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria
(Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput
lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes
guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides,
Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
c. Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2) Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan
pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat
kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
3) Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar
biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
4) Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm
4. MANFAAT
1) Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang
kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat
TTG BUDIDAYA PERIKANAN
Hal. 3/ 13
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput
gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm
2) Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang
mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis
daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun
ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra,
gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang
dan sebagainya).
3) Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun
hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi
sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan,
penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang).
Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan
penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi
kandungan vitamin dan mineralnya.
Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah
tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan
yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur,
Ca2PO4 dan beberapa mineral.\

 Republished by Sapi Qurban Kurban Cipelang Farm

Jumat, 30 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 8

Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
 Perkembangan usaha peternakan tidak lepas dari penyediaan
pakan. dan penyajiannya. Pakan untuk ternak unggas tersedia dalam
kondisi kering udara baik dalam bentuk tepung (mass), pelet (pellet)
atau remah (crumbles) sehingga dapat disimpan dalam kemasan untuk
jangka yang relatif lama. Pakan ternak unggas siap saji sampai saat ini
dapat dikatakan telah mantap ditandai munculnya beberapa fabrikan.
Kualitas pakan dipengaruhi oleh kualitas bahan pakan, cara
pengolahan, pengepakan, dan kondisi lingkungan. Kualitas pakan siap
saji (complete feed) asal fabrikan untuk ternak unggas dan babi saat ini
telah terkontrol dengan baik karena adanya komisi pakan dari Dit Bina
Produksi Ditjen Jendral Peternakan Departemen Pertanian (sekarang
Dit. Bina produksi Peternakan). Menurut Dit. Bina Produksi, Ditjen
Peternakan DEPTAN (Anonimus, 1997), pakan boleh beredar dengan
persyaratan tertentu, sesuai dengan yang disyaratkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) tergantung pada periode pemeliharaannya. Persyaratan
yang telah ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional (DSN) antara
lain meliputi: persyaratan mutu (kandungan protein minimal,
kandungan serat kasar dan aflatoxin maksimal), bahan baku (bebas
dari residu yang membahyakan seperti pestisida), dan bahan tambahan
(antibiotika dan pemacu pertumbuhan/growth promoter) dengan tujuan
agar konsumen terhindar dari barang yang tidak berkualitas termasuk
aman dalam mengkonsumsi produk peternakan Namun demikian
ternyata pakan komersial hasil fabrikan belum mencantumkan batas
maksimal kandungan residu pestisida, antibiotik dan pemacu
pertumbuhan. 
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Pakan konsentrat untuk ternak ruminasia belum semantap untuk
ternak non ruminansia. Sebagai contoh untuk sapi perah baru ada satu
produk.dengan ketentuan 2 kg pakan konsentrat untuk 1 liter produksi
24
susu. Hal ini jelas mengandung kelemahan, pada sapi yang berproduksi
tinggi kebutuhan nutrien tidak akan dapat dipenuhi dengan jalan
menaikkan jumlah pemberian pakan. Di beberapa daerah ditemukan
kasus adanya ketakutan peternak yang memiliki sapi perah berproduksi
tinggi (di atas 25 liter) karena timbulnya beberapa penyakit
metabolisme seperti demam susu (milk fever) dan ketosis yang sering
mengakibatkan kematian apabila tidak segera dilakukan pertolongan
atau penurunan prestasi kedepannya (produksi berikutnya) apabila
ternak tersebut dapat disembuhkan (Sutarno dan Adiarto, 2002). Untuk
mengatasi keadaan ini Dit.Bina Produksi Peternakan sebaiknya
membuat ketentuan ada 3 macam pakan konsentrat untuk sapi perah
yang kandungan nutriennya (protein dan energi) disesuaikan dengan
produksi yakni produksi rendah (di bawah 15 liter), sedang (15-25
liter), dan tinggi (di atas 25 liter). Surat Keputusan Menteri Pertanian
No 242/Kpts/0T.210/4/2003 (Saragih 2003) menyatakan konsentrat
sapi perah dibagi menjadi dua yakni konsentrat untuk produksi rendah
(PK16-18%, TDN 70-75%) dan untuk sapi perah produksi tinggi
(PK18-20%, TDN 75-80%) walaupun demikian belum merinci untuk
produksi berapa.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Penurunan produksi atau gangguan penyakit metabolisme dapat
terjadi akibat kesalahan perhitungan pemberian pakan yang disebabkan
over estimate kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum. Over
estimate kandungan nutrien dapat terjadi oleh kerancuan kualitas
bahan pakan karena ulah beberapa oknum yang memikirkan kepentingan
diri sendiri untuk mendapatkan keuntungan sesaat yang besar.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Kerancuan kualitas ini terjadi pada beberapa bahan pakan misalnya
bekatul dan dedak halus dengan kandungan serat kasar yang sangat
variatif bahkan ada yang mencapai di atas 20%. Kejadian serupa
terjadi pada tepung ikan, bungkil kacang, dan bahan pakan lainnya.
Melihat kenyataan ini sudah waktunya Direktorat Bina Produksi
Peternakan DEPTAN lewat komisi pakan membuat ketentuan tentang
kualitas bahan pakan yang boleh beredar di pasaran. Dengan demikian
para peternak akan terlindungi dari manipulasi kualitas bahan pakan
sehingga pada gilirannya akan diperoleh produksi yang tinggi dan
diperoleh produk asal ternak yang berkualitas dan aman untuk
dikonsumsi manusia.
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Pakan buatan pabrik (komersial) yang beredar di pasaran untuk
ternak unggas dapat berupa pakan siap saji (complete feed) atau pakan
konsentrat. Pada pakan konsentrat protein masih harus ditambahkan
bahan pakan lain sumber energi (jagung dan dedak halus misalnya)
agar diperoleh ransum yang serasi. Pakan untuk ternak ruminansia
pada umumnya berupa konsentrat yang diberikan ternak disamping
pakan basalnya. Pakan basal diberikan dalam keadaan segar atau
kering, sedangkan konsentrat diberikan dalam keadaan kering atau
dicampur air.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Disamping itu dikenal pakan dalam bentuk pakan komplit atau
pakan siap saji yang merupakan pakan yang cukup mengandung
nutrien untuk hewan tertentu dalam tingkat fisiologi tertentu. Pakan
siap saji dibuat untuk diberikan sebagai satu-satunya pakan yang
mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi tanpa
tambahan substansi lain kecuali air (Hartadi et al., 1980), semua bahan
pakan dicampur baik hijauan maupun konsentrat dalam satu bentuk
pakan (Ensminger dan Olentine, 1978).
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Pakan siap saji untuk ruminansia merupakan campuran antara
bahan pakan konsentrat dan hijauan. Pemberian pakan dalam bentuk
pakan siap saji harus memperhatikan kehidupan mikroba rumen.
karena pencerna serat kasar ini hidup baik pada kondisi derajad
keasaman netral, sehingga turunnya pH dalam rumen pada pemberian
pakan siap saji harus dihindari agar tidak terjadi penurunan kecernaan
serat kasar. Menurut Utomo dan Sejono (1990) pemberian konsentrat
dan hijauan (rumput) dengan jalan dicampur (diidentikkan complete
feed) memberikan KBH yang berbeda tidak nyata dengan yang
pemberian konsentrat dengan hijauan dipisah ( 0,62 vs 0,71 kg).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Pemberian pakan berupa pelet jerami padi dan daun ketela pohon
(75% : 25%) pada kambing dengan berat 17-28 kg menghasilkan KBH
50 gram per ekor per hari (Doyle et al., 1986). Pembuatan pakan
komplit (kandungan protein 14,50% dan TDN 60%) berbahan dasar
jerami padi fermentasi untuk penggemukan domba dapat menghasilkan
KBH 0,120 kg, sedangkan yang diberi pakan basal rumput gajah
menghasilkan KBH 0,110 kg, dengan konversi pakan masing-masing
7,73 dan 7,59 (Utomo, 2001). Akan tetapi pembuatan pakan siap saji
(pakan komplit) pada ternak ruminasia masih terbentur pada beaya
pengolahan bahan pakan basalnya (rumput dan atau jerami) yakni
26
untuk preparasinya (pencacahan, penggilingan, pencampuran,
pencetakan dan pengeringan). 
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 7

Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Aplikasi perlakuan biologi telah dilakukan antara lain penggunaan
kotoran ternak (ayam atau sapi) pada jerami padi segar dengan
perbandingan 20 : 80% pada kadar air 60%, diperam selama 14 hari,
dapat menaikkan kandungan protein jerami padi dari 3,25 % menjadi
5,34%, tetapi menurunkan kandungan bahan organiknya (Sumadi,
1986), menaikkan kecernaan in vitro bahan organik dari 35,99%
menjadi 37,19% (Nursalim, 1986).
Dewasa ini telah berkembang beberapa produk komersial untuk
perlakuan biologi jerami padi menggunakan probiotik atara lain
Starbio (Suharto, 1990), biological feed additive BMF biofad (Budi
mixed farming, 1990), starter BNA.I dan BNO.I (Lab. Bio Nutrisi,
Fakultas Peternakan UGM, 1999). Kesemuanya berorientasi pada
mikroba termopilik penghasil lignoselulase yang mampu membantu
mencerna selulosa di luar tubuh (sebelum jerami padi dimakan ternak).
Tanpa bermaksud mempromosikan produk-produk tersebut berikut ini
catatan tentang probiotik atau biological feed additive. Probiotik
merupakan koloni bakteri alami yang terdiri dari bakteri selulolitik,
lignolitik, proteolitik, lipolitik, dan bakteri fiksasi nitrogen non
simbiotik (Suharto, 1990), sedangkan BMFbiofad merupakan starter
mikroba yang berasal dari mikroba rumen dan kolon sapi diperkaya
mikroba innerrhizophere akar tanaman graminae yang kaya mikroba
lignolitik, mikroba fiksasi nitrogen non simbiotik, serta mengandung
mikroba aerob dan fakultatif anaerob yang mesopilik dan termopilik
(Budi Mixed Farming, 1990).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Hasil penelitian fermentasi jerami padi segar menggunakan
probiotik biofad (1 kg probiotik biofad + 4 kg urea per ton) diperam
selama 21 hari terajadi kenaikan protein kasar jerami padi dari 4,40%
menjadi 7,14%, sedangkan degradasi teori (DT) bahan kering naik dari
45,63% menjadi 46,85% dan DT bahan organiknya dari 36,39%
menjadi 41,61% (Jauhari et al., 1998), perlakuan probiotik Starbio (6
kg urea + 6 kg probiotik per ton jerami padi) menaikkan DT bahan
kering dari 39,97% menjadi 45,41% (Agus et al., 1998). Penggunakan
probiotik Starbio (1kg starbio + 4 kg urea per ton jerami padi segar
kadar air (± 60%) menaikkan protein kasar dari 4,74 menjadi 7,72%,
DT bahan kering secara in sacco dari 64,93 menjadi 68,50%, DT
bahan organik dari 64,17% menjadi 71,71% (Jauhari, 1999).
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun merupakan dambaan
setiap peternak baik bersekala besar maupun yang besekala kecil.
Ketersediaan hijauan pakan sepanjang tahun hanya dapat terlaksana
apabila tanaman hijauan ditanam pada daerah irigasi atau menyisihkan
sebagian produksi hijauan pada musim hujan kemudian dikonservasi
(diawetkan) untuk digunakan pada musim kemarau. Namun demikian
konservasi ini tidak dapat dilaksanakan karena hijauan yang akan
dikonservasi tidak ada lantaran produksinya juga terbatas. Konservasi
hijauan pakan yang telah dikenal dengan baik adalah pengeringan
sehingga dihasilkan disebut hijauan kering (hay). Hasil pengeringan ini
berkorelasi positif dengan cuaca, pada cuaca baik akan dihasilkan hay
yang baik, tetapi pada cuaca jelek akan dihasilkan hay yang jelek,
semakin jelek cuaca akan dihasilkan hay yang berkualitas jelek.
Kandungan nutrien dalam hay yang berkualitas jelek sudah sangat
turun terutama karbohidrat non struktural dan pro vitamin A. Pada
konservasi yang baik sedikit terjadi penurunan kualitas hijauan pakan.
Penurunan yang rendah terjadi pada konservasi cara segar yaitu
pembuatan silage. Namun demikian ternyata sebaik-baiknya proses
silase akan terjadi penurunan kualitas hijauan pakan paling tidak 3%
(Utomo, 1999b). 
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Konservasi hijauan pakan dilakukan untuk menanggulangi
kekurangan pakan basal ruminansia pada waktu tertentu. Penanggulangan
kekurangan pakan dapat dilakukan dengan cara mendirikan
lumbung pakan.di beberapa lokasi. Lumbung pakan dapat berupa
tanaman tahan kering (legume pohon) atau bangunan tempat
menyimpan hijauan kering atau jerami kering. Daun legume pohon
dapat digunakan saat kekurangan rumput atau sebagai pakan suplemen
saat kualitas pakan yang diberikan jelek (jerami padi kering).
Berhasilnya fermentasi jerami segar menggunakan probiotik
memberikan harapan penanganan jerami padi pasca panen raya yang
terbuang karena tidak dapat dikeringkan atau petani tidak sempat
menangani karena dikejar waktu tanam. Sungguh suatu hal yang
sangat ironis pada akhir bulan Maret yang lalu di Gunungkidul masih
dijumpai pembakaran jerami, padahal 4 bulan kemudian bertruk-truk
jerami akan didatangkan dari luar Gunungkidul. Menurut Soekarno
(1996) pakan yang didatangkan dapat mencapai sekitar 100 truk per
hari. Dengan adanya gerakan lumbung pakan ini semoga pembakaran
22
dan penelantaran jerami padi pada saat saat panen raya tidak ada lagi,
sehingga jerami yang didatangkan dari luar Gunungkidul menjadi
berkurang. 
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Saat ini tengah dirintis gerakan lumbung pakan, sebagai percontohan
telah dilakukan di Pule Ireng, Sidorejo, Tepus Gunungkidul,
yakni suatu lumbung pakan yang berbasis jerami padi (Agus, et al.,
2002a). Salah satu kelemahan penyimpanan jerami padi adalah daya
tampungnya rendah, karena sifatnya yang memakan tempat atau
voluminous (rowa, jawa). Daya tampung lumbung akan naik bila
sebelum disimpan dilakukan pengepresan lebih dulu baik pada jerami
padi yang difermentasi ataupun tidak (Agus et al., 2002b) Oleh karena
cara pengo-perasian mesin pres yang telah dibuat dipandang masih
belum praktis, saat ini masih terus dilakukan penyempurnaan agar
diperoleh mesin pres jerami padi yang mudah dipindah-pindahkan dan
mudah dioperasikan secara manual. Pengepresan jerami dipandang
perlu karena disamping menaikan daya tampung lumbung juga
menaikkan daya simpannya.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Keberadaan ternak selalu dikonotasikan dengan kondisi yang
kumuh, dan bau yang tidak sedap. Hal ini disebabkan oleh banyak
terdapat lalat, polusi udara berupa gas ammonia dan metan, sehingga
merupakan problema yang serius di daerah padat penduduk dan daerah
pariwisata Tidak heran kalau kemudian beberapa peternakan digusur
dan diusir, walaupun sebenarnya keberadaan disitu jauh lebih dulu
daripada pemukiman penduduk. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan
penanganan khusus agar lingkungan peternakan tidak banyak lalat,
tidak berbau atau berkurang baunya
.Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm
Zeolit adalah hasil penambangan batuan, berupa garam alumina
silikat kompleks tiga demensi yang porous dan bermuatan negatif
(Dyer cited. Sutardi, 1990), yang mempunyai kemampuan mengikat
kation NH4 (Sutardi, 1990). Zeolit yang banyak digunakan dalam
bidang peternakan adalah clinoptilolite (Soejono dan Santosa, 1990).
Penggunaan zeolit (clinoptilolite) baik dicampurkan dalam pakan atau
ditaburkan dalam feses di kandang dapat membantu mengurangi polusi
kimia dan bilogi serta mengurangi kadar air feses (Wihandoyo, 2000).
Usaha lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi bau adalah
pemanfaatan kotoran untuk pupuk/kompos masih secara tradisional
perlu ditingkatkan dengan teknologi pembuatan kompos yang baik
Republished by Sapi  Qurban Kurban Cipelang Farm

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 6

Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013
Perlakuan kimia menggunakan alkali yang paling efektif menaikkan
kecernaan fibrous material adalah NaOH, tetapi tidak diikuti
kenaikan nutrien. Perlakuan NH3 pada jerami padi dapat menaikkan: a.
kandungan nitrogen, b. fermentasi rumen, c. konsumsi bahan kering, d.
kecernaan dan kecepatan pencernaan dinding sel dan bahan organik
(Utomo et al., 1988). Amonia yang diberikan pada roughages dapat
berfungsi: 1. Sebagai pengawet, 2. Penambah kandungan N, karena
sebagian N dari NH3 ada yang terfiksasi jaringan bahan pakan. 3.
Menaikkan kecernaan karena berperan juga mengembangkan jaringan
dan melonggarkan ikatan lignoselulosa sehingga memudahkan
penetrasi enzim selulase. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
pengolahan fibrous material menggunakan NH3 adalah: a. dosis, b.
temperatur, c. tekanan, d. lama peram, e. kadar air bahan, f. jenis dan
kualitas jerami.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 

Dosis amonia antara 2-5% dari berat BK jerami, kurang dari 2%
belum berefek pada kecernaan, dosis lebih dari 5% tidak ada kenaikan
yang berarti. Temperatur yang optimum 20-100o C, proses amoniasi
akan berlangsung lambat pada temperatur < 0o C. Lama peram
(duration) tergantung temperatur dan macam jerami yang diperlakuan,
biasanya lama peram antara 1-8 minggu, disamping itu kadar air juga
penting karena air adalah media yang baik untuk reaksi kimia. Kadar
air yang baik untuk amoniasi antara 40-60% rata-rata 50% atau
penambahan air pada jerami kering 1:1 (Sundstol et al., 1978). Hasil
amoniasi tergantung jenis atau varietas jerami padi (misalnya IR64,
Cisadane, dll), kualitas awal jerami padi yang dipengaruhi oleh bagian
tanaman dan tingkat kekotoran yang disebabkan oleh lumpur misalnya.
Ada beberapa sumber NH3 antara lain: a. NH3 gas, b. NH3 cair,
dan c. Urea. Perlakuan jerami menggunakan NH3 gas membutuhkan
peralatan antara lain tangki gas dan penutup (cover) kedap udara.
Penggunaan NH3 cair peralatannya lebih sederhana. karena dapat
dituangkan pada tumpukan jerami baik yang sudah yang sudah di pres
ataupun belum, penyiraman sebaiknya dilakukan per lapis.
Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013
Urea atau karbamida adalah sumber N yang mudah diperoleh
mengandung 46% N (Bo Gohl, 1975), hidrolisis sempurna 1 kg urea
menghasilkan 0,57 kg NH3, sehingga 6 kg urea menghasilkan 3-4 kg
NH3 yang dapat digunakan mengamoniasi 100 kg jerami padi kering
(Anonimus, 1983), penggunaan urea minimum 4% dari berat BK
jerami padi, diperam paling tidak 1 minggu, pada kadar air 50%
(Utomo et al., 1988). Penguraian atau hidrolisis urea menjadi amonia
membutuhkan air dan urease. Penguraian urea pada amoniasi urea
jerami padi terjadi tanpa pemberian urease karena perkembangnya
bakteri penghasil urease.
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 

Penggunaan jerami padi yang ditambah urea 1%, tetes 8%, dan
diperam 14 hari, disuplementasi 10 kg rumput setaria segar, 3 kg dedak
halus dan 0,5 kg tepung daun pada sapi PFH jantan dengan berat awal
sekitar 300 kg dapat meghasilkan KBH 0,84 kg dengan konversi pakan
13,12, sedangkan bila jerami padinya tidak diperam hanya
menghasilkan KBH 0,68 kg dengan konversi pakan 15,81 (Soemitro et
al., 1988).
Amoniasi urea jerami padi dapat meniadakan penggunaan tepung
daun lamtoro atau urea sebagai suplemen pada pemberian jerami padi
dan dedak halus. Penggunaan jerami padi amoniasi urea (JPAU) pada
sapi PO sebanyak 6% dari berat BK jerami, diperam selama 14-28 hari
versus jerami padi (JP) yang diberikan secara ad libitum adalah
sebagai berikut: 1). JP + (2 kg dedak halus (DH) + 0,9 kg tepung daun
lamtoro) menghasilkan KBH 0,55 kg, 2). JP + (2,9 kg DH + 0,033 kg
urea) menghasilkan KBH 0,40 kg, 3). JPAU + 2,8 kg DH
menghasilkan KBH 0,71 kg (Utomo, 1986). Penggunaan JPAU
sebagai pakan basal pada ternak perah PFH yang disuplementasi
konsentrat komersial sebanyak 1,5 kg per 2 l produksi susu, ditambah
vitamin A komersial, dan rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
sebagai pakan basal menghasilkan susu berturut-turut (9,72 vs 9,67,dan
9,49 liter/ekor/hari), dengan kualitas susu meliputi: BJ berturut-turut
(1,0277, 1,0278, dan 1,0275), kadar lemak (3,48%, 3,40%, dan
3,55%), serta Solid non fat (SNF) (7,97%, 8,10%, dan 8,00%).
Penggunaan JPAU sebagai pakan basal pada domba jantan peranakan
ekor gemuk sebagai pengganti rumput gajah, yang diberi konsentrat
400 gram per ekor per hari menghasilkan KBH 0,14 vs 0,11 kg,
dengan konversi ransum 7,25 vs 7,35 (Utomo et al., 1998).
Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013
Penggunaan JPAU sebagai pakan basal sapi PO disuplementasi
polard, dedak halus, dan onggok berturut-turut menghasilkan KBH
0,63 kg, 0,60 kg, dan 0,49 kg dengan konversi 9,22, 9,80, dan 10,88
(Soejono, 1996). Walaupun hasil penelitian telah banyak dan petani
telah merasakan manfaat pradigesti dengan amoniasi urea, tetapi
kebanyakan dari mereka enggan melaksanakannya. Mereka kebanyakan
merupakan petani subsisten yang kesediaan pada perubahan
sangat kecil, mereka cenderung mempertahankan dan menyelamatkan
apa yang masih ada daripada mengatasi kesulitan ekonomi dengan
ekonomi (Harahab, 1988). Penggunaan urea untuk amoniasi semakin
ditinggalkan sejak harga urea mahal karena subsidi dicabut. 
Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013
Perlakuan biologi. Perlakuan biologi bertujuan mengubah struktur
fisik jerami padi oleh enzim delignifikasi dan menaikkan
kandungan protein dengan mikroorganisme. Perlakuan biologi pada
dasarnya adalah pengkomposan terbatas (Utomo, 1999b), merupakan
penyimpanan sekaligus pradigesti untuk meningkatkan kualitas yang
dapat dilakukan dengan jalan pengomposan, pembuatan silage,
penumbuhan jamur atau penambahan enzim (Soejono et al., 1988).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Jamur merupakan salah satu pilihan karena: 1. terdapat secara bebas di
alam pada sisa-sisa pertanian, kotoran ternak, dan sampah, 2. sebagian
besar jamur punya enzim selulolitik sehingga mampu memecah sisasisa
tanaman sebagai sumber tenaganya, 3. dapat hidup dalam suasana
aerob dan dapat berkembang sendiri serta tidak menimbulkan bau yang
merangsang seperti pada proses anaerob, 4. dapat digunakan sebagai
sumber protein (Budhi dan Gutte, 1984). Selama pengomposan terjadi
dekomposisi bahan organik melalui proses biokimia yang melibatkan
mikroorganisme (Doyle et al., 1986; Soejono et al., 1988). Pada awal
pengomposan akan terjadi kenaikan temperatur, mikroorganisme
memperbanyak diri. Akhirnya degradasi berlangsung lambat sampai
titik keseimbangan tercapai. Selama proses fermentasi aerobik
persentase protein, abu dan lignin akan naik. Kecepatan degradasi
material tergantung beberapa faktor antara lain: kadar air, O2, pH,
ketersediaan nutrien, dan prevalensi tipe mikro-organisme. Jerami padi
sering dikomposkan menggunakan jamur atau feses sebagai inokulum,
sekaligus sebagai penambah air dan nutrien (Doyle et al., 1986).
Republished by Cipelang Farm sapi Qurban Kurban 2013

Kamis, 29 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 5

Republished by Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Penggunaan jerami padi tanpa perlakuan (untreated) sebagai
pakan basal telah banyak dilakukan. Sapi Peranakan Ongole (PO) yang
diberi pakan jerami tanpa suplemen tidak mengalami kenaikan berat
badan. Hal ini disebabkan jerami padi lambat tercerna sehingga dalam
saluran pencernaan dibutuhkan waktu sekitar 81,67 jam, dalam rumen
sekitar 62,09 jam, dan pergantian partikel dalam rumen sekitar 1,62%
per jam. Sebagai pembanding dedak halus berada dalam saluran
pencernaan hanya sekitar 67,50 jam, dalam rumen sekitar 39,93 jam
dan pergantian partikel dalam rumen sekitar 2,66% per jam (Utomo, et
al., 1999). Suplementasi sebanyak 25 g per kg berat badan metabolik
(BBM) berupa dedak halus, campuran dedak halus dengan tepung
daun lamtoro (1:1) mempersingkat keberadaan jerami padi dalam
saluran pencernaan daripada tanpa suplementasi dari 84,37 menjadi
78,07 dan 75,43 jam), dalam rumen dari 60,88 menjadi 45,55 dan
47,04 jam), dan menaikkan laju pergantian partikel dalam rumen dari
1,67 menjadi 2,22 dan 2,11 %/jam (Utomo et al., 1999; Utomo, 2001).
Sapi PO yang diberi ransum berupa jerami padi, dedak halus, onggok,
dan urea dapat menghasilkan kenaikan berat badan harian (KBH) 0,65
kg, berupa jerami padi, dedak halus dan daun lamtoro dapat
menghasilkan KBH 0,50 kg (Suhartanto, 1982), 0,55 kg (Budhi et al.,
1981), yang disuplementasi dedak halus dan urea menghasilkan KBH
0,40 kg, disuplementasi dedak halus dan tepung daun lamtoro
menghasilkan KBH 0,55 kg (Utomo, 1986).
Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Sapi PO jantan yang diberi pakan jerami padi disuplementasi
dedak gandum (wheat pollard) dan tepung daun lamtoro menghasilkan
KBH 0,59 kg, disuplementasi dedak halus dan tepung daun lamtoro
menghasilkan KBH 0,59 kg, sedangkan yang disuplemetasi onggok
dan tepung daun lamtoro menghasilkan KBH 0,47 kg, dengan konversi
pakan berturut-turut 10,22, 10,51 dan 11,78 (Soejono, 1996). Sapi PO
jantan muda yang diberi pakan basal jerami padi secara ad libitum
disuplementasi dedak halus sebanyak 25 gram per kg BBM
menghasilkan KBH 0,19 kg, sedangkan yang disuplementasi campuran
dedak halus dan tepung daun lamtoro (75:25) sebanyak 25 gram per kg
berat badan metabolik (BBM) menghasilkan KBH sebesar 0,22 kg
(Utomo dan Soejono 1996). Pemberian jerami padi secara ad libitum
disuplementasi campuran dedak halus dan tepung daun lamtoro
(50:50) sebanyak 25 gram per kg BBM menghasilkan KBH 0,15 kg
15
(Utomo, 2001). Sapi dewasa jantan yang diberi pakan basal jerami
padi ad libitum disuplementasi konsentrat komersial sebanyak 30 gram
per kg BBM menghasilkan KBH 0,23 kg dengan konversi pakan
42,13, sedangkan yang disuplementasi konsentrat yang mengandung
protein by pass KBH mencapai 0,41 kg, dengan konversi pakan 13,27
(Utomo et al., 1999). 
Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Menurut Adiarto et al. (2002) suplementasi konsentrat milk
inducer (25% protein, TDN 70%) sebanyak 15% dari konsentrat pada
sapi perah peranakan Friesian Holstein (PFH) yang diberi konsentrat
yang mengandung protein 12,77%, dan TDN 55,34% dengan pakan
basal rumput Gajah menaikkan produksi susu pada puncak produksi
(27,6 vs 22,5 liter/hari), rata-rata produksi selama 115 hari setelah
beranak (22,4 vs 16,6 liter/hari).
Untuk meningkatkan potensi jerami padi sebagai pakan, perlu
upaya peningkatan biodegradasinya, yang caranya dapat diklasifikasi
menjadi: a. Perlakuan fisik: direndam, digiling, direbus, dan dikukus,
b. Perlakuan kimia: NaOH, NH3 gas, NH3 cair, NH3 urea, c. Perlakuan
fisik-kimia: kombinasi perlakuan fisik dan kimia, dan d. Perlakuan
biologi: menggunakan enzim atau jasad renik (Doyle, 1982).
Perlakuan fisik. Perlakuan fisik bertujuan mengurangi ukuran
partikel atau mengembangkan sel. Perlakuan fisik pakan berserat
antara lain dilakukan dengan jalan: a. Dicincang, hasil cincangan
(chopped) berukuran antara 2,5-5 cm, masih tergolong besar sehingga
pencincangan belum berpengaruh terhadap kecernaan. Kerbau yang
diberi pakan konsentrat 0,5% dari berat badan mampu mengkonsumsi
jerami padi yang telah dicincang lebih banyak daripada jerami utuh (67
vs 63 g/kg BBM) (Castillo et al., 1982 cited. Soejono et al., 1988),
tetapi tidak terjadi kenaikan kecernaannya (46 vs 41%) pada ternak
domba (Devendra, 1983 cited Soejono et al., 1988), b. Digiling,
ukuran hasil penggilingan tergantung saringan (screen) yang dipasang.
Ada tiga hasil penggilingan yaitu kasar, medium dan halus.
Penggilingan roughages menyebabkan: 1. tingkat kepadatan naik, 2.
luas permukaan pakan bertambah, 3. laju pakan dalam rumen naik, 4.
mengurangi waktu untuk ruminasi, 5. konsumsi naik, 6. kecernaan
turun.
Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Pengurangan ukuran partikel bahan pakan berserat: 1. mempercepat
gerak laju (rate of passage) pakan dalam rumen, sehingga
konsumsi naik, 2. menurunkan kecernaan, 3. menurunkan heat increment,
4. menurunkan kadar lemak susu (Utomo dan Soejono, 1987).
Hay utuh akan berada dalam rumen sekitar 54 jam, setelah digiling
halus hanya 27 jam, kecernaan serat turun dari 44% menjadi 22% (Van
Soest, 1994). Hungate (1966) menggambarkan pakan dalam waktu 24
jam dapat tercerna 71%, sedangkan dalam waktu 12 jam hanya
tercerna 56,5%. Akan tetapi, akibat digiling konsumsi pakan naik
100% sehingga pakan yang tercerna menjadi 56,5% x 2 = 113%.
Perlakuan kimia. Perlakuan kimia bertujuan untuk: 1. merenggangkan
ikatan antara selulosa dengan lignin dan terjadi pembengkakan
(swelling) sel sehingga kecernaan naik, 2. menaikkan nutrien
berupa kandungan protein kasar, dan 3. menaikkan konsumsi.
Beberapa proses perlakuan kimia dapat melarutkan lignin, ada juga
yang dalam kondisi tertentu (asam, pH di bawah 4, atau alkali pH di
atas 8) meningkatkan kelarutan selulosa. Khemikalia dapat dikatagorikan
menjadi 3 yaitu: khemikalia bersifat alkalis, asam, dan oksidatif.
Perlakuan alkali dapat melemahkan ikatan lignoselulosa dan mengurangi
kandungan lignin dinding sel, perlakuan asam akan menghidrolisis
selulosa sehingga terlepas gula, juga lignin yang bersifat acid
labile, sedangkan perlakuan oksidatif dimaksudkan mengurangi
kandungan lignin dan memecah lignin dan karbohidrat. (Soejono et al.,
1988).
Sapi qurban  kurban Cipelang farm
Perlakuan kimia ini pertama kali tahun 1895, tetapi baru tahun
1921 Beckmann mempratekkan penggunaan NaOH. Perlakuan kimia
yang paling efektif adalah NaOH karena merupakan alkali kuat.
Perlakuan NaOH dapat menaikkan kecernaan 100%, dari 30-40%
menjadi 70-80%, karena terjadi: 1. Pembengkakan (swelling) lignoselulosa,
2. Lignoselulosa terpecah, ikatan silang sobek, 3. Pemi-sahan
silika, dan 4. Sedikit penurunan lignin. Akan tetapi juga ada kerugiannya
karena: dapat membahayakan pekerja, mengakibatkan polusi
Na+ bagi lahan pertanian, dan tidak terjadi kenaikan nutrien.
Sapi dara PFH yang diberi pakan basal jerami padi perlakuan
NaOH 2% berat bahan kering (BK) secara ad libitum, disuplementasi
dedak halus, tepung daun lamtoro, garam dapur, dan mineral menghasilkan
KBH 0,70 kg dengan konversi pakan 9,82 (Prihadi et al., 1984.
17
Sapi Peranakan Ongole (PO) jantan yang diberi pakan basal jerami
padi perlakuan NaOH (2% berat BK) secara ad libitum, disuplementasi
dedak halus 1,72 kg dan tepung daun lamtoro 0,80 kg per ekor per
hari, memberikan KBH 0,58 kg dengan konversi pakan 10,08 (Budhi
et al., 1981). 
Republished by Sapi qurban  kurban Cipelang farm

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 4

Republised by Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Berdasarkan produksi yang dihasilkan sorghum dapat dibedakan
menjadi: 1). Pengghasil biji, 2. Penghasil hijauan (fodder), dan 3).
Penghasil keduanya yakni biji dan hijauan (stover) disebut dualpurpose
(Reddy et al., 1996). Berdasarkan penggunaan sorghum,
secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga yakni untuk: 1).
Pangan, 2). Pakan, dan 3. Bahan industri (Gunawan dan Zaenudin,
1996). Sebagai pakan, biji sorghum bersifat suplementasi atau substitusi
terhadap jagung. Hal ini disebabkan meskipun nilai nutriennya
sepadan dengan jagung, tetapi karena sorghum mengandung tanin
sehingga penggunaannya menjadi terbatas (Sumarsono dan Karsono,
1996), antara 25-100% tergantung varietas (Gunawan dan Zaenudin,
1996). Substitusi penggunaan jagung dalam pakan sampai 100% pada
ayam petelur dan pedaging tidak berefek negatif pada produksi telur
dan berat badannya asal menggunakan sorghum putih atau sorghum
kuning karena tidak mengandung tanin (Reddy et al., 1996).
Republised by Cipelag Farm Sapi Qurban 2013 
Penggunaan sorghum sebagai pengganti jagung menguntungkan
karena kadar aflatoksin sorghum (20-30 ppb) lebih rendah daripada
jagung (60–80 ppb) (Gunawan dan Zaenudin, 1996). Meskipun
demikian penggunaan sorghum putih sebagai pengganti jagung ada
segi negatifnya yakni akan dihasilkan warna kuning telur yang pucat,
oleh karenanya dibutuhkan suplementasi bahan pakan lain misalnya
tepung daun lamtoro agar dihasilkan kuning telur yang berwarna
kuning cerah (Susana et al. cited Tangendjaja dan Wina, 1996).
Sorghum merupakan tanaman biji-bijian (cereal) utama dunia
sejajar dengan padi, gandum, terigu, dan jagung. Negara penanam
sorghum terluas di dunia adalah Negara yang beriklim kering (semi
arid) dengan curah hujan 1.000 mm atau kurang. Di negara miskin
sorghum ditanam untuk bahan makanan, sedangkan di Negara yang
persediaan pangan melimpah sorghum dijadikan bahan pakan
(Soemarno dan Karsono, 1996). Penggunaan tanaman sorghum sebagai
sumber hijauan pakan sangat ideal karena dapat dipotong berulang.
Akan tetapi hijauan sorghum mengandung anti kualitas berupa lignin
dan durin yang meru-pakan senyawa glukosida yang mengandung
HCN (Makfoeld, 1983).
Republised by Cipelag Farm Sapi Qurban 2013 
Pada tanaman sorghum dual purpose selain produksi biji, tinggi
tanaman, jumlah daun, ukuran daun, dan ratio batang dengan daun
sebaiknya digunakan sebagai kriteria seleksi hasil sisa panen (stover),
demikian juga kandungan proteinnya karena menaikkan nilai nutrisi
stover, sementara kandungan tanin berasosiasi negative dengan
kecernaan (Lodhi cited. Reddy, et al., 1996).
Pertemuan The Indo-dutch Project yang diadakan di New Delhi
21 November 1994 yang bertopik Bio Konversi meliputi beberapa
hasil sisa tanaman menunjukkan bahwa bahan organik, protein kasar,
dinding sel, kecernaan serat, dan lignin mempengaruhi nilai hasil sisa
tanaman sebagai pakan. Dalam pertemuan tersebut disimpulkan bahwa
ahli pemuliaan tanaman (plant breeder) seharusnya mempertimbangkan
kriteria seleksi untuk menghasilkan sisa tanaman yang
tinggi pada total bahan kering (dry matter), tinggi rasio daun dengan
batangnya, tetap hijau (staygreen), tinggi kandungan karotennya,
berbatang manis, berbatang kecil dan jarak antar buku (internodes)
panjang, punya kemampuan bertunas (tillering ability), serta tahan
terhadap penyakit daun dan batang berlubang (Reddy et al., 1996).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Produktivitas ternak ruminansia di daerah tropik rendah diduga
karena ada efek langsung dari iklim panas terhadap ternak yang
menyebabkan konsumsi pakan rendah sehingga produktivitasnya
rendah. Alasan lain adalah nilai nutrien (nutritive value) pakan yang
rendah karena hijauannya kebanyakan sudah tua (Tamminga, 1986),
sehingga tidak cukup memenuhi kebutuhan ternak yang berproduksi.
Oleh karena itu penggunaan rumput apalagi jerami padi sebagai pakan
perlu disertai pemberian pakan konsentrat. Imbangan antara hijauan
dengan konsentrat sangat bervariasi tergantung ternak dan produksi
ternak yang diharapkan, sebagai penghasil daging atau susu. Konsentrat
dapat diartikan sebagai bahan pakan berkadar serat kasar rendah
yang digunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan
keserasian nutrien dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk
disatukan dan dicampur sebagai pakan lengkap. 
Republised by Cipelag Farm Sapi Qurban 2013 
Jumlah penggunaan jerami padi sebagai pakan alternatif pengganti
hijauan tergantung beberapa hal antara lain: a. Palatabilitas yang
berhubungan dengan macam varietas, b. Bentuk fisik atau ujud: jerami
utuh, dicincang (chopped), digiling atau dibuat pelet, c. Macam
perlakuan yang dilakukan meliputi tipe dan levelnya baik secara kimia
maupun biologi, d. Suplementasi yang diberikan berupa energi atau
protein atau kedua-duanya, e. Imbangan mineral baik makro maupun
mikro dan suplementasinya, f. Laju kecernaan berhubungan erat
dengan kualitas jerami atau ukuran partikelnya.(Devendra, 1982).
 Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 
Efektivitas penggunaan jerami tanpa perlakuan (untreated) untuk
pakan tergantung pada karakteristik selulernya yaitu kandungan isi sel,
dinding sel berikut komponen penyusunnya (selulosa, hemiselulosa,
lignin, dan silika), yang sangat bervariasi. Selulosa selalu terdapat
dalam bentuk ikatan yang tertutup dengan lignin menjadi lignoselulosa
yang tidak siap difermentasi mikroba rumen. Selulosa menambah
kekuatan tarik, sedangkan lignin menambah resistensi terhadap
penekanan. Kebe-radaan silika sama dengan lignin yaitu menambah
kekuatan struktur (Sastradipradja, 1981). Oleh karena itu apabila bahan
pakan kandungan lignin, selulosa, dan silikanya tinggi akan sukar
dicerna. Variasi kecer-naan jerami padi disebabkan: 1. Bawaan
meliputi: macam varietas, lingkungan, cara panen, dan penanganan, 2.
Cara pemberian, yakni tingkat pemberian dan komposisi pakan yang
diberikan, disuplementasi berupa apa dan pada tingkat berapa
suplemen diberikan, dan 3. Perlakuan (treatment) atau pradigesti baik
secara fisik, kimia, maupun biologi.
Republised by Cipelang Farm Sapi Qurban 2013 

Rabu, 28 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 3

 Republished by Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
Untuk mengantisipasi kejadian sapi gila (BSE) di Indonesia,
Menteri Pertanian RI dalam Surat Keputusannya No:
471/Kpts/TN.530/.7/2002 telah melarang penggunaan tepung daging,
tepung tulang, tepung darah, tepung daging tulang, dan bahan pakan
lainnya asal ruminansia untuk pakan ternak ruminansia (Utomo, 2002).
Usaha peternakan ruminansia tanpa didukung oleh lahan
tanaman pakan akan mengalami kegagalan. Beberapa tahun yang lalu
peternakan sapi perah di Boyolali (PT. Nandi Amerta Agung) yang
didukung permodalan besar, perkandangan, dan peralatan yang bagus,
akhirnya gagal karena tidak didukung oleh lahan rumput sebagai
sumber pakan utama. Nasib serupa akan terjadi pada usaha peternakan
yang tidak didukung lahan sumber hijauan pakan yang kontinue karena
ibaratnya peternakan itu beternak di awang-awang. Istilah beternak di
awang-awang (flying herd system) ini pernah di kemukakan oleh
Atmadilaga (1974). Selama peternakan ternak ruminansia (terutama
peternakan rakyat) masih dalam kondisi yang demikian nampaknya
sulit untuk dikembangkan secara profesional.
Pemenuhan kebutuhan pakan ternak ruminasia dapat diupayakan
dengan beberapa terobosan antara lain: 1. mengoptimalkan penggunaan
jerami padi sebagai pakan, 2. memfungsikan tanah-tanah pinggiran
hutan untuk tanaman ternak, 3. menaman atau mengembangkan
tanaman hijaun pakan (fodder) yang tahan kering.
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
Kekurangan hijauan pakan karena keterbasan lahan atau karena
datangnya musim kemarau menyebabkan peternak (terutama di Jawa)
menggunakan hasil sisa tanaman pertanian. Jerami padi merupakan
hasil sisa tanaman pertanian yang produksinya terbesar di Daerah
Istimewa Yogyakarta, secara teoritis berdasarkan: kebutuhan BK,
protein kasar, dan TDN dapat menampung berturut-turut 91,05%,
42,26%, 20,99% dari populasi yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan jerami padi untuk pakan mutlak membutuhkan suplemen
baik sumber protein maupun sumber energi, bahkan sumber mineral
dan vitamin atau peningkatan kualitasnya (Utomo, 1999a). Penggunaan
hasil sisa tanaman pertanian untuk pakan terdapat beberapa
kendala antara lain: 1. produksi hasil sisa tanaman pertanian kebanyakan
(69,88%) berada pada musim penghujan yakni antara bulan
Januari sampai April dan September sampai Desember sedangkan
untuk jerami padi mencapai 66,85% sehingga petani tidak dapat
mengeringkan jerami sebagai satu-satunya cara konservasi yang
dikuasainya, 2. produksi melimpah pada saat panen raya (musim
hujan), sehingga rumput atau hijauan lain masih banyak, 3. cepat
rusak, 4. petani tidak punya cukup waktu untuk menangani hasil sisa
panen pada saat panen raya, 5. hasil sisa panen tersebar, sehingga
membutuhkan biaya pengumpulan dan tranportasi (Utomo, 1999a), 6.
terdapat pengguna lain selain untuk pakan misalnya untuk kompos dan
keperluan industri (Anonimus, 1982). Melihat kenyataan ini dalam
pemanfaatan jerami padi perlu adanya penyuluhan antara lain cara
konservasi jerami segar, bila memungkinkan PERPU yang mengatur
penggunaan jerami padi yakni jerami padi hanya untuk pakan.
Menurut Soejono (komunikasi pribadi), Pemerintah Sri Lanka tahun
1986 pernah berkampanye atau mencanangkan penggunaan jerami
padi sebagai pakan dengan membuat slogan dalam bentuk setiker
bertuliskan straw is cattle feed do not burn it (jerami adalah pakan
sapi, jangan bakar dia).
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
Pengembangan peternakan ruminansia harus didukung produksi
hijauan pakan sebagai pakan utamanya, sehingga sudah selayaknya
atau sudah masanya pemerintah Republik Indonesia meninjau kembali
tataguna lahan (land use) yang mengabaikan lahan untuk memproduksi
hijauan pakan. Hijauan pakan dapat diusahakan di bawah tanaman
keras perkebunan atau tegakan hutan yang berada di dekat
perkampungan ternak atau dengan kata lain dibuat green belt,
sekaligus untuk mencegah perambahan hutan. Untuk mewujutkan
maksud tersebut dibutuhkan kerjasama antar instansi yang terkait dan
tanaman hijauan pakan yang tahan terhadap naungan. Adapun rumput
yang tahan terhadap naungan sampai 25% adalah Setaria lampung,
yang tahan sampai 50% adalah rumput Benggala (Panicum maximum),
dan rumput Buffalo (Utomo et al., 1983), sedangkan legume menjalar
yang tahan terhadap naungan sampai 50%, adalah Sentro (Centrosema
pubescens), Siratro (Macroptilium atropurpureum), dan Peuro
(Pueraria phasioloides) (Utomo, 1984).
Di Indonesia terdapat lahan berupa semak dan padang rumput
sekitar 15.145.550 ha yang sebagian besar ada di luar Jawa (Anonimus
1999 cited Baliarti 2002), sehingga secara teoritis masih dapat
menampung 7,5 juta ekor sapi (Baliarti 2002). Apabila lahan tersebut
dapat dimanfaatkan dengan baik untuk program penyediaan bibit,
secara teoritis Indonesia (para penggemuk sapi = feedloter) tidak perlu
mengimpor sapi dari Australia, karena sapi bakalan untuk
penggemukan akan dapat dipenuhi sendiri. Menurut data di Sub
Direktorat Ternak Potong Direktorat Budidaya Ternak Ditjen Bina
Produksi Peternakan DEPTAN, Indonesia tahun 2002 telah mengimpor
sapi bakalan sebanyak 398.700 ekor (Agus, Direktur Pengembangan
Bisnis Koperasi Majelis Taklim Widodo Makmur Jakarta,
komunikasi pribadi, 2003). Dengan demikian apabila penyediaan
bakalan dapat terwujud akan dapat menghemat biaya sekitar Rp 1,4
triliyun per tahun (seekor sapi dihargai Rp 3,5 juta).
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
Selain itu untuk peternakan yang intensif perlu dirintis pengembangan
tanaman alternatif atau varietas yang dapat menghasilkan
produksi dan kualitas pakan yang tinggi. Pengembangan tanaman
kearah varietas atau kultivar yang dikehendaki untuk dibudayakan
ditempuh lewat pemuliaan tanaman. Prinsip dasar pemuliaan tanaman
ialah seleksi terhadap karakter yang dikehendaki di antara keragaman
tanaman yang ada. Salah satu usaha untuk memperluas keragaman
genetik tanaman dapat ditempuh dengan mutagen tertentu, baik
mutagen kimia maupun fisika (Soeranto, 1985). Radiasi sinar gama
sampai 3.000 Krad pada stek rumput Gajah yang akan ditanam dapat
menaikkan jumlah anakan 200% dan produksi rumput sampai 250%
dibanding yang tanpa diradiasi (Widyantoro et al., 1985). Disamping
11
tanaman hijauan pakan, dewasa ini telah diusahakan penanaman
jagung khusus untuk diambil hijauannya sebagai pakan (fodder). Akan
tetapi penanaman jagung pada musim kering hanya dapat dilakukan di
daerah yang berigasi tehnis, sehingga produktivitasnya tidak maksimal.
Untuk itu perlu dicari tanaman yang tahan kering mengingat wilayah
Indonesia mepunyai dua musim (hujan dan kering), tidak semua
mampu teririgasi. Sorghum (Sorghum sudanense) nampaknya
berpeluang sebagai tanaman alternatif sumber hijauan pakan. Sorghum
merupakan tanaman yang tahan kering atau mampu beradaptasi
terhadap kekeringan (Reksohadiprodjo, 1985; Soeranto, 1985), mempunyai
kemampuan untuk tumbuh kembali setelah dipotong (Reksohadiprodjo,
1985). Menurut Human (2003) penelitian mutagen untuk
pemuliaan tanaman sorghum telah dilakukan di BATAN sejak 1996
menggunakan radiasi sinar gamma Cobalt 60 dan telah dihasilkan
beberapa galur antara lain galur yang tahan terhadap kekeringan dan
galur yang dapat ditanam di pesisir yakni tanah yang berpasir (sandy
land) dengan hasil yang cukup baik, bahkan terjadi kenaikan
kandungan protein pada daun dan batangnya (sorghum stover).
Republished by Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 

Sabtu, 10 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 2

Republished by Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
Selain rumput lapangan dan hijaun pakan yang dibudayakan
masih ada hijauan lain yang dapat digunakan sebagai sumber pakan
yaitu berupa hasil sisa tanaman pertanian. Sejalan dengan semakin
diintensifkannya usaha penanaman tanaman pangan maka hasil sisa
tanaman pertanian (jerami) di Indonesia akan semakin melimpah pula.
Diantara hasil sisa tanaman pertanian, jerami padi memegang peranan
penting sebagai pengganti hijauan pakan selama musim kemarau
(Utomo et al., 1988), saat hijauan pakan sangat terbatas terutama di

dataran rendah (Rangkuti et al., 1986). Produksi jerami padi di suatu
wilayah dapat diestimasi dengan dua cara yaitu dari imbangan (rasio)
antara padi dengan jeraminya atau dari produksi jerami padi (ton/ha).
Rasio produksi jerami dengan padi bervariasi antara 1 : 0,90 sampai 1 :
1,34, tetapi pada umumnya 1 : 1 (Doyle et al., 1986). Menurut hasil
survey yang dilakukan bersama antara Fakultas Peternakan UGM dan
DITJEN Peternakan (Anonimus, 1982) produksi jerami padi bahan
kering (BK) diperkirakan 3,86 ton/ha, sehingga produksi suatu wilayah
dapat diperkirakan berdasarkan luas panennya.
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
Jerami padi termasuk hasil sisa tanaman pertanian yang kandungan
proteinnya rendah (di bawah 7%) sehingga penggunaan untuk
pakan membutuhkan suplementasi protein dan energi serta upaya
peningkatan kecernaan (Lebdosukojo, 1983). Suplementasi bahan
pakan konsentrat sangat dibutuhkan karena jerami padi hanya
mengandung protein kasar sekitar 4-5% atau 0,64-0,80% nitrogen.
Padahal, untuk kehidupan mikroba rumen membutuhkan pakan paling
tidak mengandung nitrogen (N) 1,28% atau 8% protein (Van Soest,
1994). Lebih lanjut dinyatakan selain unsur N untuk sintesis protein
tubuhnya mikroba juga membutuhkan unsur C, P dan atau S.
Penggunaan atau pemanfaatan jerami padi antara lain: 1. Sebagai
sumber bahan organik atau mineral lahan pertanian, 2. Sebagai pakan,
3. Untuk alas tidur ternak (bedding), 4. Untuk dibuat kertas, 5. Untuk
bahan bakar, 6. Untuk media pertumbuhan jamur, 7. Produksi protein
ber sel tunggal (Devendra, 1982).
Para ahli tanaman pangan berpendapat pemanfaatan jerami padi
untuk pakan adalah pengurasan unsur hara lahan pertanian. Menurut
mereka jerami padi sebaiknya dibakar karena paling tidak mineral akan
tertinggal di lahan sebagai pupuk. Perlu diingat bahwa berjuta-juta ton
bahan organik termasuk unsur N akan hilang bila jerami padi tersebut
dibakar. Pembakaran jerami padi patut disayangkan karena disamping
mengganggu lingkungan hidup juga menghilangkan bahan organik
termasuk N. Jerami padi rata-rata mengandung protein kasar 4% atau
N 0,64%, sedangkan produksi per ha sekitar 3,8 ton BK sehingga
24,32 kg N atau setara dengan 54 kg urea per ha per musim akan
hilang terbakar. Oleh karenanya yang terbaik adalah jerami padi
diambil untuk pakan guna menghasilkan pangan (daging dan susu),
feses yang dihasilkan ternak dibuat kompos dikembalikan ke lahan
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
sebagai pupuk organik tanaman pangan atau rumput penghasil pakan.
Perputaran (recycling) penggunanaan biomas semacam ini sangat ideal
karena akan saling menguntungkan. Usaha pertanian semacam ini ada
yang menyebut usahatani konservasi, pertanian yang berkelanjutan,
atau istilah menterengnya sustainable in agriculture (Gambar 1).
Kotoran (feses) sapi merupakan sumber pupuk organik yang
kaya mengandung N, fosfor (P), dan kalium (K). Seekor sapi
penggemukan menghasilkan feses 3,3 kg BK/hari atau sekitar 1,2 ton
BK/tahun (Harada, 1995), feses sapi mengandung 2,19% N, 1,78%
P2O5 dan 1,76% K2O (Haga, 1990), sehingga dalam satu tahun akan
dihasilkan pupuk organik yang mengandung 26,28 kg N, 21,36 kg
P2O5, dan 21,12 kg K2O. Integrasi peternakan dengan tanaman pangan
lebih menguntungkan karena pemakaian pupuk organik akan
menaikkan kesuburan tanah dan mengurangi penggunaan pupuk
anorganik sehingga akan menekan biaya produksi. Penggunaan pupuk
organik selain menaikkan produksi pangan juga menaikkan hasil sisa
tanamannya yang dapat digunakan sebagai pakan.

Akan tetapi ternyata tidak semua recycling menguntungan, kasus
sapi gila atau Bovine spongioform encephalopathy (BSE) yang terjadi
di Inggris misalnya, kasus ini ditengarai akibat recycling yang sempit
atau pendek yakni penggunaan sisa-sisa rumah potong hewan (jeroan),
Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 
tepung daging, tepung daging tulang, dan produk lainnya asal
ruminansia untuk pakan ruminansia. Pemberian pakan bahan pakan
asal hewan untuk hewan ruminansia ini dimaksutkan untuk mendapatkan
produktivitas yang tinggi, karena untuk memperoleh produktivitas
yang tinggi kebutuhan proteinnya akan mudah terpenuhi dengan
menambahkan bahan pakan hewani. Barang kali ini peringatan dari
Allah SWT atas keserakahan manusia karena pekmaksaan kehendak
yakni pemberian pakan bahan pakan hewani kepada ternak herbivora
(pemakan tumbuhan) demi mendapatkan KBH yang tinggi sehingga
terjadinya kelainan protein. Menurut Gill (2003), penelitian di Jepang
menunjukkan kasus sapi gila yang ditemukan hampir pada semua sapi
yang mengkonsumsi susu sebagai bahan pokok konsentrat (milk-based
concentrate), meskipun demikian kasus sapi gila masih merupakan
misteri karena satu kasus ditemukan pada sapi yang tidak pernah diberi
pakan tepung daging tulang.

Republished by Cipelang Farm penyedia Sapi Qurban 

Jumat, 09 November 2012

PAKAN HIJAUAN UNTUK SAPI QURBAN PROBLEMATIKANYA 1


Republished by  Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013
Produksi peternakan merupakan gabungan antara genetik (sifat
kebakaan/keturunan) dan lingkungan yang antara lain adalah pakan.
Para ahli peternakan berpendapat bahwa persentase biaya pakan cukup
besar diperhitungkan dari total biaya produksi, walaupun besarnya
bervariasi tergantung dari ternak yang diusahakan apakah ternak
unggas (ayam atau itik), ruminansia besar (sapi potong, sapi perah,
atau kerbau), atau ternak ruminasia kecil (domba atau kambing).
Variasi besarnya persentase biaya pakan ini tergantung pada besarnya
harga bibit.
Sebelum membicarakan pakan (feed) perkenankanlah saya
membahas selintas apa yang dimaksud dengan bahan pakan
(feedstuffs). Bahan pakan yang juga disebut bahan makanan ternak
adalah segala sesuatu yang dapat dimakan hewan atau ternak, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak
yang memakannya (Tillman et al., 1998; Lubis, 1992). Menurut Lubis
(1992), berdasarkan asalnya bahan pakan dapat dibedakan menjadi
dua: 1. bahan pakan yang berasal dari tanaman misalnya: hijauan
pakan (forages), hasil sisa tanaman pertanian (jerami), bebijian, dan
hasil samping industri pertanian. 2. bahan pakan yang berasal dari
hewan dan ikan. Kualitas bahan pakan ditentukan oleh kandungan
nutriennya atau komposisi kimianya, disamping dipengaruhi pula ada
tidak atau besar kecilnya anti kualitas atau anti nutrisi pada bahan
pakan tersebut (Soejono et al., 2002)
 Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013
Berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimia, serta penggunaannya
secara internasional bahan pakan dibagi menjadi delapan kelas:
1. Hijauan kering dan jerami, 2. Pasture, tanaman padangan, hijaun
segar (forages), 3. Silase (silage), 4. Sumber energi, 5. Sumber protein,
6. Sumber mineral, 7. Sumber vitamin, 8. Aditif (Harris et al., 1972).
Secara konvensional bahan pakan dibedakan menjadi lima kelas: 1.
Pakan berserat sumber energi (carbonaceous roughages), 2. Pakan
berserat sumber protein (proteinaceous roughages), 3. Pakan
konsentrat sumber energi (carbonaceous concentrates), 4. Pakan
konsentrat sumber protein (proteinaceous concentrates), 5. Bahan
tambahan (additive materials), (Jurgens, 1974). Berdasarkan tingkat

Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

kecepatan degradasi dalam rumen bahan pakan konsentrat dibedakan
menjadi empat yaitu: 1. Konsentrat sumber energi terdegradasi lambat,
2. Konsentrat sumber energi terdegradasi cepat, 3. Konsentrat sumber
protein terdegradasi lambat, dan 4. Konsentrat sumber protein
terdegradasi cepat (Utomo, et al., 1999).
Klasifikasi bahan pakan baik secara internasional maupun secara
konvensional diperlukan dalam menyusun ransum yang serasi,
sedangkan klasifikasi berdasarkan tingkat kecepatan degradasi dalam
rumen diperlukan dalam menyusun ransum ruminansia yang memperhitungkan
sinkronisasi ketersediaan nutrien untuk sintesis protein
mikroba dan pemanfaatan nutrien secara langsung oleh ternak. Keberadaan
mikroba dalam retikulo rumen dan kecepatan perkembangbiakannya
sangat menguntungkan karena dapat digunakan sebagai
sumber protein bagi ternak inangnya. Komponen asam amino protein
mikroba sangat konstan (Storm dan Orskov, 1983), 15% protein
mikroba ditemukan dalam bentuk asam nukleat, kandungan AA
esensial relatif seimbang (Le Henaff, 1991).
Kandungan protein
mikroba rumen sekitar 65% dengan kecernaan nyata bervariasi antara
75-85% (Storm dan Orskov, 1983; Verite dan Peyraud., 1988), antara
74-91% dengan nilai biologis sekitar 80% ( Tillman et al., 1998).
Pembangunan peternakan di Indonesia dihadapkan pada beberapa
problema antara lain: 1. Penyediaan pakan yang tidak kontinyu
sepanjang tahun, 2. Kualitas bahan pakan yang variatif, 3. Polusi
lingkungan.
Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

Ketersediaan bahan pakan di Indonesia (daerah tropik) terutama
untuk ternak ruminansia yang berupa hijauan sangat fluktuatif
tergantung pada musim. Pada musim hujan hijauan pakan sebagai
pakan utama ternak ruminansia melimpah sedangkan pada musim
kemarau sangat terbatas sampai tidak ada produksi sama sekali
tergantung pada lamanya musim kemarau. Kekurangan hijauan pakan
ini dipengaruhi kebijakan pemerintah yang lebih memprioritaskan
produksi pangan daripada pakan dan keperluan lain. Lahan subur
dengan irigrasi tekhnis di daerah padat penduduk diprioritaskan untuk
produksi pangan, sedangkan untuk produksi hijauan pakan digunakan
tanah yang tidak subur (margin). Akibat dari kebijakan ini padang
rumput semakin berkurang, produksi pakan hijauan menjadi sangat
rendah, sehingga berakibat langsung pada produktivitas ternak

Republished by  Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

terutama daging dan susu. Dipandang dari fungsinya, padang rumput
dapat digunakan untuk mencegah erosi asal dikelola dengan baik,
meskipun kemampuan untuk mencegah erosi masih di bawah tanaman
legume dan hutan (Reksohadiprodjo, 1985).
Pakan ternak ruminansia dibedakan menjadi pakan basal yang
berupa hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan berasal dari bahan pakan
klas 1, 2, dan 3, yang dapat berupa hasil sisa tanaman pertanian,
rumput, daun legume (kacang-kacangan), dan hijaun lain yang semua
dapat diberikan dalam keadaan segar, kering, atau silage. Berdasarkan
cara pengelolaaannya rumput dibedakan menjadi rumput lapangan
(native grass) dan rumput budidaya (culture). Rumput lapangan
diambil dari pematang sawah, pinggir jalan, atau kebun yang tidak
diusahakan secara khusus. sehingga kualitasnya tidak menentu,
produktivitasnyapun rendah. Rumput budidaya dipotong dari rumput
yang dibudidayakan atau dikelola khusus sebagai penghasil pakan
hijauan (rumput kolonjono, rumput gajah, rumput raja, dll). Selain
berupa rumput dapat juga berupa legume menjalar (centro, siratro,
peuro dll), atau legume pohon (lamtoro, gliriside, turi, dll).
Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

Berdasarkan kecepatan fotosintesisnya, rumput dibedakan
menjadi dua jalur (pathway) fotosintesis yaitu C4 (rumput tropik) dan
C3 (rumput sub tropik dan legume). Rumput tropik sangat efisien
menggunakan sinar matahari untuk fotosintesisnya dibandingkan
rumput sub tropik dan legume (Humprheys, 1981; Crowder dan
Chheda, 1982; Wilson, 1991). Akibat dari efisiensi fotosintesis pada
C4, tanaman akan cepat tumbuh dan cepat pula menjadi tua, sehingga
kualitasnya lebih rendah daripada C3 yang tumbuh lebih lambat.
Menurut Wilson (1991) kualitas C4 lebih rendah daripada C3 yang
ditandai oleh lebih tebalnya dinding sel (57 vs 43%) dan lebih
rendahnya kecernaan bahan kering (61 vs 72%).
Republished by  Cipelang Farm, penyedia Sapi Qurban 2013

Rabu, 31 Oktober 2012

SEGENAP KELUARGA BESAR CIPELANG FARM MENGUCAPKAN :

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434H 2013 M

SEMOGA IBADAH KITA MENDAPAT BALASAN YANG TERBAIK DARI ALLAH SWT


CIPELANG FARM
Menyediakan  Sapi Qurban 2013
SEDIA SAPI QURBAN TIMBANG HIDUP
+ Pembeli lebih UNTUNG & ADIL
+ Transaksi lebih RIIL & PRESISI
+ Hewan Lebih SEHAT & FRESH karena dikirim langsung dari Peternakan.

Trend Sapi Qurban 2014

Trend Sapi Qurban 2014
Sapi Qurban Jenis Simmetal 650KG

Trend Sapi Qurban 2014

Trend Sapi Qurban 2014
sapi qurban jenis simmetal berat 380kg

SAPI QURBAN SEHAT DAN SYAR'I


JENIS SAPI: PO, LIMOSIN, SIMETAL, JAWA, BALI, PEGON.


kontak :

0815-9080-785 (CALL/SMS/WA)

0812-8435-6162 (SMS/CALL)

0856-9233-4143 (CALL/SMS/WA)
BBM : 75fae2a6

email : cipelangfarm@gmail.com

Lokasi Kandang :

Jl. Balai Embrio Ternak (BET) Kp.Pasir Bogor Desa Cipelang Kec.Sijeruk Bogor


KLIK : PETA RUTE



STOCK SAPI QURBAN 2015

Silahkan KLIK !!!

SAPI STANDAR HARGA 14 Jt/ekor

SAPI SEDANG 300-400KG

SAPI SUPER 400-800KG

SAPI PREMIUM 800-1500KG