Africa:
Batang kecil dan keras. Daun kecil. Tumbuh tunas tunas kecil pada
ketiak batang. Sehingga apabila terbiasa melihat King Grass atau Taiwan
yang sehat, melihat Africa seperti melihat rumput kerdil . Kultivar ini
yang banyak ditanam di Manglayang Farm. Kenapa ? Hipotesa kami adalah
kultivar ini yang pertama kali masuk dan dikembangkan di daerah
Manglayang. Keunggulan dari Africa adalah kebutuhan airnya yang tidak
terlalu banyak. Sehingga pada musim kering pun masih dapat tumbuh dengan
cukup baik. Produktivitas tidak terlalu tinggi, menurut pengamatan kami
hanya sekitar 1 -2 kilogram / rumpun (basah) per panen (sekitar 100 ton
per hektar per tahun).
Hawaii:
Nah ini kultivar yang paling sulit membedakannya. Hawaii memiliki
batang dan daun yang lunak tapi tidak terlalu besar. Lebih mirip ke
Taiwan hanya lebih kecil. Tidak heran, karena kultivar ini merupakan
induk dari kultivar Taiwan yang merupakan hibrid King Grass dengan
Hawaii.
Sedangkan menurut literatur yang ada di
Internet, kultivar yang ada di dunia banyak sekali, namun kultivar
kultivar yang disebutkan di atas sulit sekali dicari referensinya,
kecuali King Grass dan Taiwan. Disebutkan disana King Grass merupakan
hasil silangan antara P. purpureum biasa dengan Pearl Millet (Pennisetum
galucum).
Kultivar yang cukup menarik adalah tipe
Dwarf (kerdil), yaitu Pennisetum purpureum cv. Mott. Disebutkan bahwa
kultivar ini memiliki karakteristik perbandingan rasio daun yang tinggi
dibandingkan batang. Berkualitas nutrisi tinggi pada berbagai tingkat
usia dibandingkan jenis rumput tropis lainnya. Tahan kekeringan, dan
hanya bisa di propagasi melalui metoda vegetatif. Menurut beberapa
literatur, jenis ini sudah dibudidayakan di Indonesia, tapi sayangnya
penulis belum berhasil menemukan contoh bibit. Ada yang punya ?
Republished Sapi Qurban by Cipelang Farm
Metoda Penanaman
Seperti
telah disinggung diatas, penanaman rumput gajah dilakukan dengan metoda
perbanyakan vegetatif. Cara yang umum diterapkan adalah dengan stek
batang dan memecah anakan. Cara yang pertama memungkinkan perbanyakan
dengan lebih cepat, namun agak sedikit lebih lambat pertumbuhannya
dibandingan dengan cara anakan atau pols. Cara penanaman yang biasa kami
lakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan Lahan
Proses
penanaman rumput gajah dimulai pada dengan pengolahan lahan yaitu
dengan melakukan pembersihan lahan dari tanaman gulma, memisahkan bibit
yang masih dapat digunakan untuk kemudian dilakukan pembalikan tanah
serta pembuatan ulang dan rekondisi galur tanam.
2. Pupuk Dasar dan Penanaman
Setelah
melakukan pengolahan lahan, dilanjutkan dengan pemupukan dasar
menggunakan pupuk kandang (manure sapi) sekira 3 ton (± 1 ton/ha) dan
dilanjutkan dengan mengguludkan lahan tanam.
Kemudian dilakukan
penanaman dengan metoda stek batang. Untuk satu rumpun ditanam minimal 3
batang, yang masing masing batang terdiri sekurangnya dari 3 ruas. Kami
mengusahakan 2 ruas terbenam di dalam tanah.
3. Pemupukan Kedua
Pemupukan
kedua dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan menggunakan pupuk NPK
(16:16:16) dengan dosis 60 kg / hektar. Pemupukan kedua ini biasanya
dibarengi dengan penyaueran (menimbunkan tanah dan rumput liar untuk
meninggikan guludan).
4. Pemupukan Lanjutan
Pemupukan
kimia selanjutnya dilakukan pada musim hujan yang akan datang. Untuk
selanjutnya diharapkan pemupukan cukup dengan menggunakan pupuk kandang
sebanyak 2 kali per tahun, 1 kali pada musim hujan, dan 1 kali pada
musim kemarau.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan pada
tahun pertama dapat di rinci sebagai kegiatan pemupukan dan
penyiangan/pembersihan gulma seperti berikut (pada lahan 3.2 hektar):
Pemupukan
Pupuk Kandang 3 hari x 4 orang x 2 kali per tahun = 24 Hari Orang Kerja (HOK)
Pupuk Kimia 1 hari x 4 orang x 1 kali per tahun = 4 HOK
Penyiangan
3 hari x 4 orang x 2 kali per tahun = 24 HOK
Sehingga total pemeliharaan pada tahun pertama adalah 52 HOK
Sedangkan
pada tahun kedua dan selanjutnya karena diharapkan sudah tidak
menggunakan pupuk kimia maka yang dibutuhkan hanya 48 H.O
Pola Tanam
Pola
tanam menggunakan berbagai metoda. Ada yang menggunakan metoda lorong
polikultur (alley cropping) dengan tanaman sela, ada juga yang
menggunakan sistem monokultur / tunggal.
Pada pola
lorong, rumput gajah ditanam dengan tanaman sela jagung (Zea mays),
Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) atau Kacang Tanah (Arachis hypogaea)
menggunakan jarak dalam barisan ± 50 cm dan jarak antar barisan ± 250
cm (50 x 250 cm).
Diproyeksikan jumlah baris dapat
mencapai sekitar 100 baris, dimana setiap baris dapat mencapai rata rata
259 rumpun, sehingga total dalam lahan tersebut mampu menampung rumpun
sebanyak 25.900 rumpun.
Namun kenyataan di lapangan
setelah dilakukan penghitungan rumpun, efektif tertanam hanya 9.686
rumpun (37%) sehingga rata rata penyebaran rumpun per hektar nya hanya
mencapai 2866 rumpun (total 121 baris x ± 80 rumpun) dengan total luasan
efektif tertanam rumput gajah hanya 8.100 m2. Kondisi ini disebabkan
luasan efektif yang dapat ditanami berkurang selain akibat adanya
tanaman sela, juga disebabkan berbagai kondisi lapangan yang kurang
menguntungkan dan tidak dapat ditanami, seperti adanya genangan/rawa,
tanah berbatu, adanya embung dan bak serta lahan yang sudah ditanami
leguminosa jenis Gamal (Gliricidia sepium) dan tanaman lain.
Sedangkan
pola tanam yang dianjurkan oleh BIB Lembang dilakukan dengan
menggunakan pola monokultur dan lebih rapat. Hal ini tentu berkaitan
dengan treatment dan perawatan yang optimal yang perlu diberikan. Jarak
tanam dalam barisan berkisar 70-100cm dan jarak antar barisan 70-100cm.
Pemanenan
Pada
musim penghujan secara umum rumput gajah sudah dapat dipanen pada usia
40 – 45 hari. Sedangkan pada musim kemarau berkisar 50 – 55 hari. Lebih
dari waktu tersebut, kandungan nutrisi semakin turun dan batang semakin
keras sehingga bahan yang terbuang (tidak dimakan oleh ternak) semakin
banyak.
Sedangkan mengenai panen pertama setelah tanam,
menurut pengalaman kami dapat dilakukan setelah rumput berumur minimal
60 hari. Apabila terlalu awal, tunas yang tumbuh kemudian tidak sebaik
yang di panen lebih dari usia 2 bulan.
CIPELANG FARM PENYEDIA SAPI QURBAN 2013
Kesimpulan Sementara
Rumput
gajah merupakan tanaman yang cukup baik untuk kebutuhan hijauan pakan
ternak, baik dilihat dari tingkat pertumbuhan, produktivitas hasil panen
maupun nutrisi (terutama kandungan serat) yang terkandung di dalamnya.
Lain
daripada itu, selain sebagai hijauan segar, surplus produksi rumput
gajah juga dapat digunakan sebagai cadangan pakan dalam bentuk kering
(hays) ataupun fermentasi dengan metoda silase setelah terlebih dahulu
di cacah.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah nilai investasi dan biaya operasional rumput gajah yang tinggi.
Hal
ini disebabkan biaya olah lahan, penanaman, pemupukan, perawatan dan
pemanenan rumput gajah yang cukup mahal tanpa dibarengi dengan nilai
ekonomis dari rumput gajah.
Seperti diketahui, saat ini rumput
gajah belum dianggap sebagai komoditi ekonomi yang biasa di perjual
belikan. Terutama pada musim hujan. Pada musim kemarau, di beberapa
sentra sapi (terutama sapi perah) rumput ini sudah mulai memiliki nilai
ekonomis.
Tapi tetap akan berbeda dengan nilai ekonomis
yang bisa diperoleh apabila lahan yang ada ditanami dengan berbagai
tanaman produktif baik musiman maupun tanaman keras.
Operasional
akan semakin tinggi apabila lahan penanaman rumput terletak jauh dari
kandang, sehingga akan menaikkan upah dan ongkos angkut yang harus
dibayarkan untuk pemeliharaan dan panen.
Beberapa solusi (yang tidak semuanya dapat secara praktis dilakukan) adalah:
1.
Penanaman rumput gajah harus dilakukan di areal yang dekat dan sekitar
kandang sehingga dapat dengan mudah terjangkau oleh anak
kandang/peternak selain itu juga dapat dengan mudah (dan murah)
dilakukan pemupukan (dari pupuk kandang).
Republished Sapi Qurban by Cipelang Farm
2.
Meningkatkan produksi protein bagi kebutuhan ternak per luasan areal
tanam. Seperti diketahui, nutrisi terutama protein rumput gajah tidak
terlalu bagus. Caranya bisa dengan mengkombinasikan rumput gajah dengan
tanaman leguminosae semak berprotein tinggi seperti Lamtoro (Leucaena
leucocephala), Kaliandra (Calliandra calothrysus) dan Gamal (Gliricidia
sepium). Atau dengan legum merambat seperti Kacang Sentro (Centrosema
pubescens), KembangTelang (Clitoria ternatea), dan Kacang Ruji (Pueraria
phaseoloides). Selain sebagai sumber fiksasi nitrogen dan penyubur
tanah, juga sebagai pakan tambahan yang sangat berguna bagi ternak.
3.
Meningkatkan nilai ekonomi lahan dengan melakukan penanaman rumput
gajah dengan metoda lorong pada tanah yang relatif datar dan metoda
sengked pada tanah berkontur miring.
Tanaman sela harus yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, misalnya jenis tanaman semusim seperti
Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), Sorghum (Sorghum
bicolor, Sorghum vulgare).
Dapat juga digabung dengan tanaman
keras seperti Sengon (Albizzia falcata), Suren (Toona sureni) dan
sebagainya yang disesuaikan dengan kapasitas dan karakter lahan.
4.
Perlulah kiranya di pikirkan lebih lanjut mengenai metoda produksi
rumput gajah, baik penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang lebih
efisien dan berdaya guna.
5. Kami juga sempat mencoba
menggembalakan ternak langsung di kebun rumput gajah, hipotesa awal
kami, menggembalakan ternak langsung di lahan rumput gajah dapat
mengurangi tenaga pemanenan .
Hasilnya, kami tetap saja perlu
mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan pengendalian dan pengawasan
ternak, untuk menjaga agar rumput gajah tidak over-graze (dimakan secara
berlebihan) sehingga menganggu pertumbuhan. Dan terutama, rumput gajah
tidak tahan injakan dan kondisi over-grazing
Pustaka:
http://www.hear.org/pier/species/pennisetum_purpureum.htm
http://aquat1.ifas.ufl.edu/penpur.html
http://www.fao.org/WAICENT/FAOINFO/AGRICULT/AGP/AGPC/doc/Gbase/DATA/Pf000301.htm
http://www.fao.org/ag/aga/agap/frg/afris/Data/137.HTMPROSEA, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara buku 4, PT. Balai Pustaka, Prosea Indonesia
sumber : “Manglayang Agribusiness Cooperative, ANALISA PENANAMAN RUMPUT GAJAH DI CIJAYANA, Juni 2005 “